Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Paguyuban Wargo Budoyo Sepi Tanggapan, Terpaksa Turun ke Jalan

PWB sedang menghibur pengguna jalan di perempatan sampangan
PETOMPON-Iringan gong dan kendang mengalun ketika lampu menyala merah di Perempatan Jalan Kaligarang. Tak lama kemudian munculah para penari yang berlenggak lenggok dengan indahnya. Setelah selesai mereka pun bekeliling untuk meminta uang dari para pengguna jalan.

Itulah sekelumit pemandangan yang akhir-akhir ini bisa ditemui di perempatan Jalan Kaligarang. Sekelompok orang yang mengatasnamakan Paguyuban Wargo Budoyo (PWB) mencoba peruntungannya dengan mempertunjukkan kebolehan memainkan kesenian jathilan untuk  mencari rezeki.

PWB sebagai sebuah komunitas kesenian tradisional  ternyata mempunyai sejarah yang panjang. Didirikan sekitar 20 tahun yang lalu di Ambarawa oleh sekelompok orang yang merasa peduli dengan kesenian tradisional Jawa Tengah.

Seringkali mereka ditanggap untuk berbagai acara. Namun, seiring dengan kemajuan zaman, musik tradisional makin tergilas oleh musik modern sehingga lahan mereka menjadi sempit, padahal dapur harus tetap mengepul.

“Daripada nganggur, gimana caranya kita bisa cari makan sekaligus nguri-uri budoyo. Makanya kita putuskan untuk mentas di jalanan saja,” jelas Sutomo (70), Ketua PWB yang menggeluti kesenian musik Jawa Tengah lebih dari 25 tahun.

Sehari-harinya mereka memulai ‘pertunjukan’ pada pukul 09.00 dan diakhiri sekitar pukul 15.00. Sebagai pengamen, tentu PWB tidak bisa lepas dari persaingan. Untuk menyiasati hal ini, biasanya lokasi yang akan digunakan untuk mengamen diusahakan berpindah-pindah. Untuk tempat, mereka memilih di Perempatan Jalan Kaligarang, RRI dan Jalan Pahlawan.

“Perhari kita biasanya dapat sekitar 25-50 ribu yang kemudian hasilnya dibagi rata,” tambah Yanto (32) yang mendapat peran sebagai penari.

Pekerjaan sebagai pengamen jalanan tentu mau tak mau membuat PWB sering berurusan dengan satpol PP karena sering dianggap mengganggu ketertiban. Seringkali ketika akan ada razia, mereka memutuskan untuk tidak mentas yang membuat dapur berhenti mengepul untuk sementara.

“Hambatan kita paling kalau ga hujan ya Satpol PP. Pengennya jangan sering dirazia lah, lha wong kita juga cari makan buat anak istri,” pungkas Sutomo. (nul/17)


Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous