Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Setiap Minggu, Pedagang Pasar Purwoyoso Sepakat Kenakan Batik


PAKAI BATIK: Seluruh pedagang Pasar Purwoyoso baru
sepakat setiap hari Minggu mengenakan seragam batik sambil berjualan. (Foto: Harsem/Indra Prabawa)
 
BANYAK cara bisa dilakukan untuk menarik perhatian. Salah satu yang unik dilakukan oleh pedagang Pasar Purwoyoso, Kecamatan Ngaliyan, yakni menggunakan pakaian batik setiap hari Minggu. Ini merupakan kesepakatan sesama pedagang.

Dwi Mulyono, pedagang daging mengatakan, setiap Minggu semua berbatik seragam. “Jujur saya senang sekali adanya kesepakatan berbatik di hari Minggu ini, kan jadi terkesan rapi. Pasar juga terkesan lebih cerah. Tidak ribet, sama saja dengan  baju biasa, hanya saja saya jadi takut kotor saja seragamnya,” ujarnya tertawa kecil.

Apalagi, lanjutnya, dirinya menjual daging, kadang habis pegang daging langsung dilap ke baju. “Sekarang harus ingat kalau sedang mengenakan batik, berusaha agar batik tidak kotor,” lanjutnya.

Dikatakan Sekretaris Persatuan Pedagang dan Jasar Pasar (PPJP) Pasar Purwoyoso, Nurul Farida, semua pedagang yang berjualan sepakat untuk memakai batik setiap hari Minggu. “Ini kesepakatan kita bersama, seragam batik menjadi sarana untuk mengenalkan batik sebagai kekayaan asli Indonesia,” ujarnya, kemarin.

Alasan mengenakan batik dijatuhkan setiap hari Minggu, lanjut Nurul, disebabkan pada hari libur itu jumlah pembeli yang datang dari masyarakat sekitar bisa meningkat hingga tiga kali lipat. Berbatik seragam juga merupakan langkah untuk menghilangkan kesan kumuh yang selama ini melekat pada pasar tradisional.

“Jika pedagang lebih rapi, tentu pasar tradisional tidak akan ditinggalkan dan pembeli dengan lari ke mal atau swalayan. Selama ini, pasar tradisional menjadi tumpuan masyarakat semua golongan, beda dengan minimarket yang hanya dikuasai orang-orang tertentu. Penyeragaman, merupakan salah satu langkah untuk memoderenkan pasar tradisional,” katanya.

Kendati pasar tradisional, pengelolaan pasar dilakukan secara modern. Selain dengan menggunakan batik, layaknya pelayan di mal atau swalayan, pengelolaan koperasi juga dilakukan secara modern agar lebih teratur.

"Koperasi simpan pinjam saat awal dipindah, baru bisa memberikan pinjaman sekitar Rp 200 ribu kepada pedagang. Namun, saat ini pinjaman bisa mencapai Rp 10 juta hingga Rp 15 juta,” katanya.

Sementara itu, Kadarlusman, pembina Pasar Purwoyoso yang juga anggota DPRD Kota Semarang mengaku, penyeragaman yang dilakukan pedagang menjadi salah satu langkah untuk bisa lebih memasyarakatkan pasar tradisional yang mulai ditinggalkan.

“Karena dinilai positif, diharapkan langkah penyeragaman pedagang pasar dengan berbatik di hari Minggu bisa dilakukan secara menyeluruh di semua pasar yang ada di Semarang,” ujarnya anggota politisi asal PDIP ini.

Dari data di PPJP Pasar Purwoyoso, dari 170 lapak dan kios yang ada, 110 sudah ditempati pedagang, sedang sisanya belum dimanfaatkan. (lif/12)

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous