Penggalian Situs Dihentikan
PENGGALIAN DIHENTIKAN: Penggalian situs Dukuh Trangkil, Desa Kuncir, Kecamatan Wonosalam dihentikan untuk menghindari kerusakan |
DEMAK- Penggalian situs di Dukuh Trangkil, Desa Kuncir, Kecamatan Wonosalam dihentikan untuk menghindari kerusakan. Menyusul temuan situs di lahan persawahan milik H Lawi, warga terus menggali lokasi temuan. Beberapa bentuk bangunan mulai terlihat dengan tatanan batu merah kuno dengan ukuran besar. Terakhir muncul beberapa tangga yang berderet, dan sebuah sumur.
Bahkan beberapa bata merah yang pecah atau sebagian yang dikembalikan oleh warga, dikumpulkan di lokasi sebelah selatan. “Kita hentikan penggalian atas permintaan pemilik lahan,“ ucap Sukamto alias Cebleng, warga Mrisen.
Terpisah, Kepala Desa Mrisen Muhamad Kusnin, menyatakan ternyata lokasi situs bukan wilayah Desa Mrisen namun masuk kawasan Desa Kuncir yang merupakan tetangga desa. “Memang pemiliknya orang Mrisen namun lokasi situs sudah masuk Desa Kuncir,” ungkap Kusnin. Lokasi situs cukup unik, hanya lahan satu bahu (0,6 hektar) yang masuk di wilayah Desa Mrisen, namun lahan itu berdasarkan peta desa masuk di Desa Kuncir.
Lanjut Kusnin, dulu lahan itu memang masuk Desa Mrisen, namun karena persoalan desa masa lalu, yaitu ketika pemangku adat dulu akan menikahkan anaknya dengan mas kawin lahan itu, ternyata pernikahan batal. Dan pemangku adat berikrar seluruh keturuan Desa Mrisen tak boleh menikah dengan warga dari Dukuh Trangkil, hingga sekarang warga tak berani melanggar ikrar itu.
Menurut Kusnin lokasi situs memang banyak ditemukan barang sejarah, puluhan tahun lalu berdiri sebuah arca dewa tanpa kepala, namun tiga tahun lalu sudah dibawa oleh Dinas Pariwisata Demak. Dan ada beberapa arca kecil sudah dijarah oleh warga.
Sungai Lebar
Antara lokasi arca dan lokasi situs saat ini dipisahkan oleh sungai afour, namun sekitar 50 tahun lalu sungai itu sangat besar, selebar 25 meter. Dan sungai itu menyambung ke wilayah Proto, Kabupaten Pati. Terkait penemuan situs bata merah, Kades Kuncir Selamet Wartoyo menambahkan, sekitar dua bulan lalu, dari pemukiman warga sekitar 100 meter dari temuan situs, juga ditemukan tumpukan batu merah sedalam dua meter. Karena warga terkait akan membuat jamban, tumpukan bata itu dibiarkan sekalian menjadi jamban.
Dan dua ratus meter dari situs terdapat sumur bernama sumur Pahit, karena kualitas air bersihnya bagus, warga memasang pipa pompa air dan menutup sumur itu. Seterusnya 500 meter dari situs baru itu, warga lain juga menemukan batu merah sedalam 2 meter. “Namun warga terkait menutup kembali dengan tanah dan membiarkan lahan itu menjadi dadah suwung (lahan terbuka),” jelas Wartoyo.
Dari temuan-temuan itu, Wartoyo menduga ada situs yang membentuk tapal kuda melengkung setengah lingkaran. Terkait temuan tersebut dirinya juga khawatir akan muncul berbedaan pendapat antarpenganut kepercayaan.
Beruntung kemarin, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah sempat menyurvei dan menyarankan untuk menghentikan penggalian. (swi/15)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.