Dosa Polisi Nyabu Ditutup-tutupi?

Polisi diminta cepat menuntaskan kasus Brigadir Satu Ronny Purwoko. Selain itu penanganan harus dilakukan dengan mempertimbangkan rasa keadilan dan nurani masyarakat.

"Kasus ini harus segera dituntaskan guna menghindari suara publik yang bisa menduga seolah-olah Polri melindungi anggotanya yang bermasalah," ujar pengamat kepolisian Novel Ali, kemarin.

Mantan anggota Komisi Kepolisian Nasional itu mengatakan, perbuatan Ronny yang mengonsumsi sabu menurutnya tidak termaafkan. Apalagi sebagai penegak hukum seyogyanya dia memberikan contoh kepada masyarakat.

Karena itu Polda Jateng dan Polres Salatiga diminta tidak melindungi bintara polisi itu. Bila dia dianggap berprestasi dalam melaksanakan tugasnya, namun itu tidak melunturkan kejahatan yang dilakukannya.

Novel berharap, penyidikan bukan hanya untuk pelanggaran kode etik, namun juga pidana. "Jangan sampai pimpinan dia beralasan belum menemukan barang bukti sabu yang dipakai, apalagi kejadiannya ini sudah lama. Pengakuan dia, wanita temannya, dan tes urine saya kira cukup. Selain pemeriksaan kode etik, menurut saya dia juga harus dibawa ke pengadilan sipil," terang Novel.

Terkait perbuatan yang dilakukan Ronny, dalam pengakuan kepada wartawan, Kr (25), yang merekam Ronny saat nyabu menyatakan, perilaku itu tidak hanya dilakukan sekali. Bahkan mantan pacar gelap Ronny tersebut mengaku beberapa kali melihat pacarnya itu juga mengedarkan barang terlarang tersebut kepada teman-temannya.

"Memang saya sakit hati, dia sudah hamili saya tapi tidak bertanggungjawab. Selain itu dia juga membawa kabur uang Rp 8 juta milik saya," aku Kr.

Sebelumnya Kapolres Salatiga Ajun Komisaris Besar Dwi Tunggal Jaladri mengungkapkan, pemeriksaan Ronny masih berkaitan dengan pelanggaran kode etik. Sedangkan pemeriksaan terkait tindak pidana harus didasarkan kepada bukti yang cukup. (J21,H32-SMNetwork/rif)

Newer Post Older Post