• Filmnya Menuai Kontroversi Hanung Dilaporkan ke Polisi
FILM Cinta Tapi Beda besutan sutradara Hanung Bramantyo menuai kontroversi. Film yang menceritakan tentang sejoli yang berbeda agama itu mendapat protes dari komunitas Minang di Indonesia.
Mereka tak terima dengan penggunaan karakter yang diperankan oleh Agni Pratista. Di dalam film tersebut, Agni berperan sebagai gadis asal Padang yang beragama Katolik. Sedangkan menurut komunitas Minang tersebut, orang Padang identik dengan suku Minang yang mayoritas beragama Islam.
Hal itu pun dinilai menyinggung adat kebiasaan suku Minang. Komunitas Minang yang menamakan diri Badan Koordinasi Kemasyarakatan dan Kebudayaan Alam Minangkabau (BK3AM), Keluarga Mahasiswa Minang Jaya (KMM Jaya), dan Ikatan Pemuda Pemudi Minangkabau Indonesia (IPPMI) melaporkan Raam Punjabi selaku produser dan Hanung Bramantyo sebagai salah satu sutradara film ini ke Polda Metro Jaya.
"Menurut kami, film ini telah menanamkan kebencian rakyat Minang. Setidaknya di film ini menampilkan konon katanya Diana penganut Katolik fanatik berasal dari Padang," ujar kuasa hukum ketiga komunitas itu, Zulhendri Hasan, ditemui di SPK Polda Metro Jaya, Senin (7/1).
Menurut Zulhendri, film Cinta Tapi Beda menampilkan hal-hal yang bertolak belakang dengan adat Minang. Zulhendri yang mewakili masyarakat Minang kecewa dengan sejumlah adegan dalam film tersebut.
"Dalam film ini makanan kesukaan keluarga Diana adalah babi rica-rica, ada dialek Minang, lokasinya itu menampilkan kultur Minang. Ini situasi perbuatan yang menampakkan kebencian terhadap suku Minang. Menggambarkan sesuatu yang bertolak belakang dengan sebenarnya," paparnya.
Pihaknya menuntut agar Hanung segera menarik film itu dari bioskop dan memberikan permintaan maaf kepada komunitas Minang. "Ini kan perawalan dari sebuah pelaporan tindak pidana. Kami mau film ini ditarik dan tak ditampilkan di bagian dunia mana pun dan festival manapun. Dan membuat pernyataan maaf ke seluruh masyarakat Minang," ucap Zuhendri.
"Yang menjadi nilai jual adalah perbedaan agamanya, dan sangat menyayangkan kenapa suku Minang yang dijadikan sampel bukan unsur agamanya," urai Zulhendri.
Sementara itu, Hanung sendiri menyatakan sudah berkomunikasi dengan produser film tersebut agar film ini segera diturunkan dari bioskop.
"Saya sudah bilang kepada produser ketika kamu memasang nama saya maka film ini tak akan bertahan lama. Karena masyarakat kita semakin pintar. Maka kalau memasang nama saya dan kontroversi, saya sudah minta 21 untuk nggak menayangkan lagi. Sejak 27 Desember tayang, dan kayaknya hari ini di beberapa bioskop diturunkan. Di daerah sudah tak ada lagi, hanya beberapa bioskop di kota-kota besar," ujar Hanung beberapa waktu lalu. (vl/yul)
Mereka tak terima dengan penggunaan karakter yang diperankan oleh Agni Pratista. Di dalam film tersebut, Agni berperan sebagai gadis asal Padang yang beragama Katolik. Sedangkan menurut komunitas Minang tersebut, orang Padang identik dengan suku Minang yang mayoritas beragama Islam.
Hal itu pun dinilai menyinggung adat kebiasaan suku Minang. Komunitas Minang yang menamakan diri Badan Koordinasi Kemasyarakatan dan Kebudayaan Alam Minangkabau (BK3AM), Keluarga Mahasiswa Minang Jaya (KMM Jaya), dan Ikatan Pemuda Pemudi Minangkabau Indonesia (IPPMI) melaporkan Raam Punjabi selaku produser dan Hanung Bramantyo sebagai salah satu sutradara film ini ke Polda Metro Jaya.
"Menurut kami, film ini telah menanamkan kebencian rakyat Minang. Setidaknya di film ini menampilkan konon katanya Diana penganut Katolik fanatik berasal dari Padang," ujar kuasa hukum ketiga komunitas itu, Zulhendri Hasan, ditemui di SPK Polda Metro Jaya, Senin (7/1).
Menurut Zulhendri, film Cinta Tapi Beda menampilkan hal-hal yang bertolak belakang dengan adat Minang. Zulhendri yang mewakili masyarakat Minang kecewa dengan sejumlah adegan dalam film tersebut.
"Dalam film ini makanan kesukaan keluarga Diana adalah babi rica-rica, ada dialek Minang, lokasinya itu menampilkan kultur Minang. Ini situasi perbuatan yang menampakkan kebencian terhadap suku Minang. Menggambarkan sesuatu yang bertolak belakang dengan sebenarnya," paparnya.
Pihaknya menuntut agar Hanung segera menarik film itu dari bioskop dan memberikan permintaan maaf kepada komunitas Minang. "Ini kan perawalan dari sebuah pelaporan tindak pidana. Kami mau film ini ditarik dan tak ditampilkan di bagian dunia mana pun dan festival manapun. Dan membuat pernyataan maaf ke seluruh masyarakat Minang," ucap Zuhendri.
"Yang menjadi nilai jual adalah perbedaan agamanya, dan sangat menyayangkan kenapa suku Minang yang dijadikan sampel bukan unsur agamanya," urai Zulhendri.
Sementara itu, Hanung sendiri menyatakan sudah berkomunikasi dengan produser film tersebut agar film ini segera diturunkan dari bioskop.
"Saya sudah bilang kepada produser ketika kamu memasang nama saya maka film ini tak akan bertahan lama. Karena masyarakat kita semakin pintar. Maka kalau memasang nama saya dan kontroversi, saya sudah minta 21 untuk nggak menayangkan lagi. Sejak 27 Desember tayang, dan kayaknya hari ini di beberapa bioskop diturunkan. Di daerah sudah tak ada lagi, hanya beberapa bioskop di kota-kota besar," ujar Hanung beberapa waktu lalu. (vl/yul)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.