Tradisi Mengarak Gunungan Meron
PATI-Momentum perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung tiap tahun di Desa/Kecamatan Sukolilo, Pati dengan mengarak gunungan meron (ramene tiron) menjadi tonggak awal upaya melestarikan aset adat dan budaya desa setemoat.
Hal tersebut akan ditindaklanjuti pembentukan Yayasan Pelestari Adat dan Budaya Desa Sukolilo.
Dasar pemikiran yang menjadi acuan, karena penyelenggaraan kirab gunungan meron tidak diperebutkan kecuali isi bagian ''ancak'' (bawah) berupa nasi beserta aneka lauk-pauk serta penganan, sudah berlangsung cukup lama. Dari sisi rentang waktu, sudah lebih dari 500 tahun.
Sebab, kata Sekdes Sukolilo, H Ali Hadi Broto, keramaian itu ditiru oleh para prajurit Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Panembahan Senopati yang waktu itu hendak menyerang Pati Pesantenan.
Waktu itu para prajurit sempat mesanggrah di Sukolilo, dan pada hari itu bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Karena Keratonan Mataram menyelanggarakan keramaian itu, maka para prajuritnya pun meniru menyelenggarakan keramaian yang sama. Dengan cukup tuanya penyelenggaraan perayaan keramaian ''tiron'' yang sudah mentradisi, maka untuk tetap melestarikannya harus ditangani dan dikelola oleh sebuah yayasan.
Dalam gelar kirab gunungan meron sesuai perhitungan aboge, waktunya memang tidak bersamaan dari penyelenggaraan sekaten di Yogyakarta. Kendati sempat turun gerimis, tapi menjelang gunungan meron dikirab ke jalan raya cuaca cukup cerah dengan menempatkan gunungan meron milik kepala desa di depan Masjid Besar setempat.
''Dalam kesempatan itu Pak Bupati Haryanto bersama jajaran Muspida, semua hadir mengikuti ritual berdoa bersama di Masjid Besar.(ad)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.