Penangkapan Tersangka Kasus Narkoba Mana Bandarnya?

Gembong Narkoba licin bagai belut. Polisi, selama ini, hanya bisa meringkus pengguna, pengedar, atau kurirnya saja. Mengapa?

Peredaran narkoba tumbuh dengan rapi di perkotaan, termasuk Semarang. Para pelaku cerdik mengelabui polisi. Selain modus peredarannya tersembunyi, pelaku yang tertangkap pun kompak menyembunyikan identitas jaringan di atasnya.

Gurita narkoba tak memandang latar belakang pengguna. Siapa saja bisa kecipratan, mulai remaja, pelajar, mahasiswa, PNS, artis, pejabat pemerintah, hingga anggota polisi.

Terakhir, dua orang aktivis LSM Graha Mitra Semarang yang kesehariannya melakukan pendampingan terhadap para pecandu narkoba dan HIV/AIDS justru terlibat kasus narkoba. Keduanya diringkus tim Unit Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Semarang karena terbukti menghisap putaw dan menjadi kurir ganja. Mereka adalah Yoga Ismaedi (27), warga Kalilangse dan Arif Nor Efendi (30), warga Brotojoyo. Polisi mengamankan barang bukti 18 bungkus ganja menggunakan kertas koran seberat 7 gram.

Beberapa waktu lalu, Ketua DPRD Pemalang AT Waluyo tersandung kasus narkoba. Ia ditangkap sebagai pengguna sabu-sabu. Penangkapan wakil rakyat ini ini atas informasi adanya pengiriman sabu dari Jakarta menuju daerah Purwokerto pada Kamis 6 September 2012 lalu.

Saat rumah dinas Waluyo di Jalan Ahmad Yani Selatan 60 Pemalang digeledah ditemukan  barang bukti berupa korek api gas, sedotan, sejumlah buku rekening, uang tunai dan handphone yang digunakan memesan sabu.

Di kalangan kepolisian, pernah heboh beredarnya rekaman video polisi nyabu. Terkuaklah, pelakunya adalah seorang anggota Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Kepolisian Sektor Sidomukti, Salatiga, Briptu Ronny Purwoko (27). Pria asal Bantul itu dijemput paksa di rumah kosnya di Desa Duko RT 01/RW 03, Salatiga, Senin (14/1) malam, oleh tim gabungan Polres Salatiga dan Polda Jateng.

Tidak hanya itu, tiga oknum polisi dari kesatuan berbeda, berinisial WT dari satuan Polrestabes Semarang dan JS dari Kesatuan Polda Jateng, serta DR dari kesatuan Polres Ungaran ditangkap oleh Satuan Reserse Narkotika dan Obat Berbahaya (Sat Resnarkoba) Polrestabes Semarang, pada pertengahan April 2012.

Sejauh itu, mereka yang tertangkap rata-rata hanya berkategori pengguna, kurir, atau pengedar. Kepolisian tampak kesulitan menangkap gembongnya.

Kasat Narkoba Polrestabes Semarang AKBP Djoko Tjahyono mengakui peredaran masih marak. "Kami berusaha keras melakukan pemberantasan. Namun peredaran tetap saja ada, padahal belasan bahkan puluhan pelaku narkoba sudah kami tangkap," ungkapnya.

Pihaknya berusaha mempersempit ruang gerak peredaran barang haram tersebut. Langkah yang diambil yakni dengan melakukan operasi rutin di seluruh wilayah hukum Polrestabes Semarang. “Selain itu, kami juga melakukan pendekatan melalui penyuluhan dan sosialisasi penanggulangan bahaya narkoba," ujarnya. Menjaga anggota kepolisian untuk terbebas narkoba, dilakukan tes urine secara rutin.

Sementara itu, Psikolog Universitas Diponegoro Hastaning Sakti mengatakan, penanganan peradaran narkoba perlu dilakukan secara humanis. “Misal penanganan bagi pecandu narkoba, pemenjaraan tidak akan efektif. Mereka cenderung bisa mendapatkan narkoba di sana,” katanya.

Menurutnya, penjara diperuntukkan bagi pengedar dan bandar. Tapi khusus pecandu tidak, karena mereka butuh pendampingan secara humanis. “Mereka butuh diarahkan, dibimbing pelan-pelan agar bisa keluar dari ketergantungan narkoba. Bagi pengguna narkoba, memaksimalkan rehabilitasi bisa jadi solusi yang baik,” tandasnya.

Pertanyaannya, apakah para bandar itu ada yang melindungi? (abm/rif)

.

Newer Post Older Post