Buang Sengkala dengan Tradisi Cie Swa
MEMASUKI Tahun Baru Imlek kali ini, orang Tionghoa biasanya melakukan tradisi yang disebut Cie Swa atau tolak bala (sengkala). Tradisi ini biasanya dilakukan terutama pada orang-orang yang memiliki shio yang dianggap agak berbenturan dengan shio macan logam yang akan datang pada 14 Februari mendatang.
Kemarin pagi, warga Tionghoa Semarang tampak berbondong-bondong menuju Kelenteng Tay Kak Sie yang berada di Gang Lombok untuk melakukan ritual tersebut. Puluhan orang itu tampak membawa sesaji dan memohon pada Dewa Bumi agar pada tahun baru mendatang mereka dihindarkan dari malapetaka.
Sesaji yang dibawa, antara lain telur, kacang, beras dan daging. Sesaji tersebut kemudian mereka serahkan pada Dewa Bumi atau Hok Tik Tjing Sien. Pada Dewa Bumi tersebut, mereka memohon keselamatan dan terhindar dari malapetaka. Selain itu juga agar diberikan peruntungan yang lebih besar.
Salah satu warga Tionghoa, Suyono mengatakan, dirinya mengikuti tradisi itu bukan hanya untuk mendoakan diri sendiri. “Tetapi juga untuk keselamatan bangsa Indonesia, agar terhindar dari berbagai bencana,” katanya.
Tradisi yang biasa dilakukan menjelang Imlek ini diakui oleh orang-orang Tionghoa memang untuk menolak bala, seperti halnya tradisi ruwatan bagi orang Jawa. Berbagai syarat yang harus dijalani dalam tradisi ini diberlakukan mengingat besarnya rintangan di tahun baru mendatang.
Tahun baru dengan shio macan logam, termasuk dalam kategori jiong berat. Karena dianggap sangat banyak rintangannya, beberapa kelenteng memiliki tradisi sendiri-sendiri dalam melakukan ritual tolak bala atau malapetaka. (prihati puji utami - harian semarang)
Kemarin pagi, warga Tionghoa Semarang tampak berbondong-bondong menuju Kelenteng Tay Kak Sie yang berada di Gang Lombok untuk melakukan ritual tersebut. Puluhan orang itu tampak membawa sesaji dan memohon pada Dewa Bumi agar pada tahun baru mendatang mereka dihindarkan dari malapetaka.
Sesaji yang dibawa, antara lain telur, kacang, beras dan daging. Sesaji tersebut kemudian mereka serahkan pada Dewa Bumi atau Hok Tik Tjing Sien. Pada Dewa Bumi tersebut, mereka memohon keselamatan dan terhindar dari malapetaka. Selain itu juga agar diberikan peruntungan yang lebih besar.
Salah satu warga Tionghoa, Suyono mengatakan, dirinya mengikuti tradisi itu bukan hanya untuk mendoakan diri sendiri. “Tetapi juga untuk keselamatan bangsa Indonesia, agar terhindar dari berbagai bencana,” katanya.
Tradisi yang biasa dilakukan menjelang Imlek ini diakui oleh orang-orang Tionghoa memang untuk menolak bala, seperti halnya tradisi ruwatan bagi orang Jawa. Berbagai syarat yang harus dijalani dalam tradisi ini diberlakukan mengingat besarnya rintangan di tahun baru mendatang.
Tahun baru dengan shio macan logam, termasuk dalam kategori jiong berat. Karena dianggap sangat banyak rintangannya, beberapa kelenteng memiliki tradisi sendiri-sendiri dalam melakukan ritual tolak bala atau malapetaka. (prihati puji utami - harian semarang)

Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.