Gempa Besar Ancam Bandung
Gempa besar berkekuatan 6,8 SR mengancam Jawa Barat, utamanya Bandung. Patahan Lembang sepanjang 22 kilometer diketahui dalam keadaan aktif. Diperlukan langkah antisipatif.
KABUPATEN Bandung Barat dikenal sebagai destinasi wisata. Udara sejuk, pemandangan yang indah, juga Observatorium Bosscha, tempat meneropong bintang tertua di Indonesia. Namun di balik segala daya tarik itu, tersimpan ancaman bencana: gempa bumi.
KABUPATEN Bandung Barat dikenal sebagai destinasi wisata. Udara sejuk, pemandangan yang indah, juga Observatorium Bosscha, tempat meneropong bintang tertua di Indonesia. Namun di balik segala daya tarik itu, tersimpan ancaman bencana: gempa bumi.
Para peneliti gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bersama JICA dan Kementerian Riset dan Teknologi memastikan, sesar atau patahan Lembang dalam keadaan aktif. Patahan itu membujur sepanjang 22 kilometer, dari timur ke barat, mulai dari daerah Batunyusun, melewati Gunung Batu, Observatorium Bosscha, Cihideung, dan ujung baratnya di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Sesar ini adalah salah satu yang teraktif di Pulau Jawa, yang berhubungan dengan aktivitas Gunung Sunda purba. “Sesar Lembang ditemukan aktif,” ujar Irwan Meilano di sela-sela pemaparan hasil penelitian dalam Workshop Multi Diciplinary Hazard Reduction from Earthquake and Volcanoes in Indonesia di Jakarta International Expo, Kemayoran Jakarta, Jumat (28/10).
Temuan tersebut dihasilkan dari dua metode. Pertama, pengamatan data GPS di daratan. Catatan GPS menunjukkan pergerakan. Kedua, cara yang kedua adalah dengan menggali hasil longsoran tanah yang terletak dalam patahan. “Kami juga telah mengetahui karakter Lembang, meskipun belum secara detil,” tambah Irwan.
Dari pengamatan GPS, diketahui juga kecepatan laju geser patahan. “Untuk sesar Cimandiri kecepatannya 4 sampai 6 mm pertahun, sedangkan sesar Lembang 2 sampai 4 mm pertahun,” terangnya.
Para ahli juga menguak fakta terbaru, pada 2.000 tahun lalu, patahan Lembang pernah bergeser yang menimbulkan gempa berkekuatan 6,8 Skala Richter. Sementara sekitar 500 tahun lalu, patahan ini juga bergeser dengan menghasilkan lindu 6,6 SR. Ini diketahui setelah peneliti membuat dan meneliti sebuah parit tanah di sekitar patahan.
Peringatan
Fakta itu adalah peringatan, sebab gempa bisa berulang. Skala gempa di masa lalu bisa jadi gambaran kekuatan lindu yang mungkin mengguncang di masa depan.
Irwan menjelaskan, penelitian ini bertujuan untuk mengurangi dampak kerusakan akibat gempa dan bencana di Indonesia. Proyek ini menggabungkan berbagai disiplin ilmu, gempa dan tsunami, kelompok vulkanologi, kelompok engineering, kelompok sosial, dan kelompok pendidikan. “Diharapkan hasilnya nanti dapat diaplikasikan kepada masyarakat luas,” ujarnya.
Data menyebut, ada beberapa bangunan yang tepat berada di atas sesar Lembang, antara lain Observatorium Bosscha, Sesko AU, Sespim Polri, dan Detasemen Kavaleri TNI-AD.
Daerah lain yang juga dilintasi sesar Lembang adalah Gunung Palasari, Batunyusun, Gunung Batu dan Gunung Lembang, Cihideung, dan Jambudipa bagian barat. Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah permukiman yang padat dan dapat berpotensi membahayakan.
Untuk mengurangi dampak kerusakan akibat terjadinya gempa, para peneliti memandang perlu ada suatu kebijakan yang mengatur kawasan tersebut. “Penting kebijakan zonanisasi agar mengurangi risiko bencana,” ujar Eko Yulianto, perwakilan Puslit Geoteknologi LIPI.
Apalagi, dari beberapa pengamatan, kawasan sepanjang patahan Lembang ternyata padat permukiman. Dan konstruksi bangunan rumah di kawasan tersebut juga tidak menyesuaikan dengan kondisi patahan Lembang. Rentan. “Di sana bangunan hanya batako tumpukan saja, sangat sederhana,” tambahnya.
Yang tak kalah memprihatinkan, penduduk tak sadar hidup di atas potensi pusat gempa. Eko mengaku terhenyak, mengetahui sebagian besar penduduk tak mengetahui informasi yang benar.
“Kami pernah tanya guru geografi di daerah Kecamatan Lembang, ternyata mereka tidak tahu letak patahan Lembang yang tepat,” ujarnya.
Padahal, untuk gempa yang berpusat di darat, ancaman tak hanya datang dari besaran gempa. Tapi juga bagaimana kondisi tanah di sekitar patahan. “Perlu juga dilihat kondisi tanahnya, apalagi Bandung tanahnya lemah,” sebutnya.
Menurut Eko, peluang terjadinya gempa sangat besar, tapi kita tidak bisa menentukan kapan.
Antisipasi-Edukasi
Sejarah mencatat, pada 1910 pernah terjadi gempa bumi besar di daerah Padalarang. Gempa tersebut termasuk dalam pergerakan patahan Cimandiri yang memang aktif. Sesar Lembang terhubung dengan sesar Cimandiri. Apa yang harus dilakukan Pemerintah Bandung dan wilayah lain yang dilalui patahan?
Solusi untuk menghindari jatuh korban jiwa dalam jumlah besar adalah melakukan antisipasi. “Seperti edukasi atau pendidikan kepada masyarakat. Selain itu pemerintah juga perlu menerbitkan perda yang mengatur tata ruang,” kata Eko.
Namun, dia buru-buru memperingatkan, penerapan hasil sains perlu memperhatikan aspek sosial. Jangan sampai pengalaman di Mentawai berulang. Dia menceritakan, paskatsunami, pemerintah daerah membangun permukiman yang jauh dari laut. Namun, warga tak mau menempatinya, karena karakter hidup mereka adalah nelayan yang tak bisa jauh dari laut.
Sampai saat ini para peneliti masih melakukan pendalaman, untuk menguak misteri yang terungkap dari patahan Lembang. Sementara, untuk edukasi pada masyarakat, para peneliti menggandeng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Salah satu bukti aktifnya patahan Lembang adalah gempa 3,3 SR yang menggoyang 28 Agustus lalu di daerah Cisarua. Ini gempa kecil, namun efeknya dirasakan warga.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, lindu membuat tanah bergelombang sekitar dua detik, lalu rata kembali. Dilaporkan 384 rumah rusak ringan hingga tak lagi bisa dihuni, tembok retak sampai jebol. ”Gempa 3,3 SR saja banyak yang roboh,” kata Kepala BPBD Jawa Barat Udjwala Prana Sigit.
Sejumlah Langkah
Temuan ahli bahwa wilayah tersebut pernah digoyang gempa hingga 6 SR menjadi peringatan, agar warga waspada.
Udjwala menambahkan, pihaknya sudah dan terus melakukan sejumlah langkah. Pertama, menyosialiasikan hasil temuan ahli dengan masyarakat. ”Tentu saja dengan pendekatan manusiawi. Tidak menakut-nakuti, namun berbagi pengetahuan dan pengalaman,” katanya.
Kedua, dan tak kalah pentingnya adalah mengurangi risiko bencana. Caranya, dengan kesiapsiagaan, juga melatih, memberi pengetahuan, bahwa masyarakat hidup di atas Patahan. "Pengalaman gempa 3,3 SR Cisarua dua bulan lalu, hampir 90 persen rumah warga yang rusak tak dibangun sesuai kaidah bangunan yang memadai," kata Udjwala.
Ke depan, Udjwala menambahkan, rumah yang dibangun harus mengikuti analisis risiko bencana. ”Karena mereka tak mungkin dipindahkan, yang terpenting bagaimana meminimalisasi risiko bencana bagi masyarakat yang tinggal sepanjang patahan 22 kilometer itu,” paparnya.
Temuan para ahli itu menjadi masukan berharga bagi pemerintah. Juga untuk disosialisasikan pada masyarakat. ”Para ahli terus meneliti, tugas pemerintah memberikan wacana, penerangan pada masyarakat. Agar mereka waspada tapi tetap tenang,” katanya. ”Yang penting masyarakat disiapkan. Bencana bisa terjadi di mana pun, kapan pun, yang terpenting bagaimana kita siap menghadapinya,” tandasnya. (dnr)
========================
Gempa bumi yang mengguncang Yogyakarta 27 Mei 2006 lalu bisa jadi pelajaran berharga. Lindu yang mengguncang selama 57 detik tercatat berkekuatan 5,9 pada skala Richter, atau versi USGS menyebut 6,2 SR. Namun akibatnya sungguh mematikan. Stuktur tanah yang rentan dipadu dengan padatnya penduduk, membuat lindu ini sangat mematikan.
Lebih dari 5.000 orang tewas, universitas ambruk, mal rusak parah, sebagian batu Candi Prambanan hancur, ribuan rumah juga tak bisa dihuni.
Juga bukan berarti, lama tak terjadi gempa berarti bebas dari guncangan. Lindu Kobe, Jepang jadi contoh. Wilayah yang sebelumnya tak pernah mengalami gempa selama 2.000 tahun, ternyata dilanda gempa bumi dahsyat 7,2 SR yang menghancurkan kota pada 17 Januari 1995. Kala itu, 6.433 orang tewas, 27.000 orang lainnya terluka, dan lebih dari 45.000 rumah hancur.
Labels
Nasional
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.