Mahalnya Harga Menu Makanan di Shelter Simpanglima PKL Tetapkan Harga Makanan
Pengunjung menikmati makanan di shelter Simpanglima |
Kepala Dinas Pasar Kota Semarang Abdul Madjid menyatakan, tingginya harga makanan minuman yang ditawarkan oleh pedagang kakilima (PKL) shelter Simpanglima ditetapkan oleh pedagang setempat dan bukan oleh pihak pengelola.
Hal ini disampaikan Abdul Madjid menanggapi keluhan warga terkait tingginya tarif makanan dan minuman di pusat kuliner di pedestrian Simpanglima itu.
Menurutnya, dengan mahalnya harga itu maka pedagang telah menyimpang dari kesepakatan awal soal pengelolaan sistem semi pujasera di shelter Simpanglima. Sebelumnya, pedagang dan pengelola pujasera CV Media Utama telah sepakat dengan sistem semi pujasera yang ditawarkan.
Kesepakatan itu berupa pengelolaan minuman seperti teh, jeruk, dan sejenisnya diserahkan ke CV Media Utama. Sementara pedagang masih diperbolehkan mengelola minuman olahan semisal jus dan susu telor madu jahe (STMJ).
“Sebagai bentuk kompensasi atas beberapa jenis minuman yang dikelola CV Media Utama itu, pedagang diperbolehkan menaikkan harga makanan maksimal Rp 1.000. Kalau pun kemudian ada yang menaikkan harga makanan lebih dari Rp 1.000, itu sudah tidak benar,” tegasnya, kemarin.
Satu Menu
Soal adanya indikasi dobel menu, dengan tegas dibantah oleh Abdul Madjid. Dari hasil pemeriksaan di lapangan, Dinas Pasar Kota Semarang hanya menemukan satu daftar harga atau satu menu yang dibawa waiters (pramusaji) CV Media Utama dan sesuai dengan harga yang diajukan pedagang.
“Sudah saya cek ke lapangan, ternyata tidak ada dua menu dengan dua harga berbeda. Harga dari waiters itu sama dengan harga dari pedagang. Lha, wong sumbernya memang dari pedagang,” ungkapnya.
Ia mengakui keberadaan CV Media Utama dengan masa kontrak kerjasama selama lima tahun itu sangat penting karena rekanan itu sanggup melakukan perawatan, kebersihan, keamanan shelter, penyediaan jasa pramusaji, penyambungan listrik dan air, serta pengadaan mebel, gerobak, dan terpal penutup shelter. Dengan demikian, peran rekanan menjadi vital mengingat dinas pasar tak punya dana.
“Sebagai kompensasinya, CV Media Utama diberi tempat untuk menjual minuman sendiri dan titik reklame di sekitar shelter. Kerjasama itu, pedagang diuntungkan karena tak perlu repot mengurusi pelayanan konsumen, kebersihan, keamanan, dan penyambungan listrik dan air. Mereka hanya memikirkan retribusi saja,” terangnya.
Terpisah, Sujari (37), penjual kuliner seafood di shelter Simpanglima mengaku, tidak semua pedagang mencantumkan daftar harga. “Kalau ditempat saya, jualan daftar menu beserta harga sudah disediakan. Mau mahal atau tidak, semua sudah tertera di menu. Terserah pembeli mau memilih yang mana,” katanya. (jos)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.