70% Mangrove Mati Terkena Abrasi
MATI: Sejumlah aktivis melakukan penanaman mangrove di pesisir Tugu beberapa waktu lalu. Sayang, banyak yang mati terkena abrasi. (HARSEM/CUN CAHYA) |
TUGU-LSM Bina Karta Lestari memperkirakan harapan hidup tanaman mangrove pascatanam di Kota Semarang ini hanya 30 persen. Sisanya 70 persen mati akibat abrasi.
“Harapan hidup bibit tanaman mangrove hanya 30 persen, sehingga kami harus berlomba-lomba dengan abrasi,” kata Direktur Pelaksana Bina Karta Lestari (Bintari) Kota Semarang Feri Prihantoro di Semarang, Kamis (7/6) sebagaimana dikutip dari Antara.
Feri mengatakan, abrasi banyak terjadi di daerah antara Tugurejo dengan Mangkang. Daerah pinggir pantai di kawasan tersebut terus digerus abrasi. “Oleh karena itu jika menginginkan tanaman mangrove banyak yang hidup, kami harus menanam lebih banyak lagi,” katanya.
Sebenarnya untuk mengatasi abrasi tersebut diperlukan pemecah gelombang, tetapi diperlukan biaya yang mahal dan terlalu berat jika harus berasal dari uang masyarakat.
“Kalau anggarannya swadaya masyarakat untuk membangun pemecah gelombang, tentu akan sangat mahal,” katanya.
Jika dilihat dari tingkat kesadaran masyarakat dan komunitas menanam mangrove, lanjut Feri, sebenarnya sangat tinggi bahkan dalam satu tahun rata-rata ada 1 juta bibit tanaman mangrove yang ditanam di Kota Semarang.
Permasalahannya tidak ada monitoring yang lebih intensif pascapenanaman bibit mangrove tersebut. Sementara untuk Bintari, fokus di daerah Tapak, Tugurejo sejak tahun 2008 hingga sekarang dan di daerah tersebut untuk tanam magrove sudah tidak ada masalah.
Bintari di daerah tersebut juga melakukan pemberdayaan masyarakat dan mengatasi abrasi dengan menggunakan ban bekas. "Di daerah Tapak, Tugurejo tanaman mangrovenya sudah bagus dan saat ini Bintari tengah mencoba dilakukan sistem blok mangrove yang baru akan kami coba," katanya.
Pengendapan
Biota Foundation, lembaga pemerhati mangrove di Jl Laut Mangunharjo RT 03/RW I Kecamatan Tugu Kota Semarang telah melakukan pengecekan ke lapangan di pesisir pantai Mangkang Kulon, Mangunharjo, Mangkang Wetan, dan Randu Garut Kecamatan Tugu Kota Semarang baru-baru ini. “Kami menemukan banyak spesies mangrove yang mati di tengah laut dan pematang tambak,” jelas Abdul Aziz, ketua.
Kerusakan mangrove diduga disebabkan pengendapan yang berkelebihan sehingga merusak keberlangsungan kehidupan mangrove. Pengendapan mengakibatkan penghambatan pertukaran air, hara dan udara dalam substrat dan air di atasnya.
Bila proses pertukaran ini tidak berlangsung maka kematian mangrove akan terjadi dalam waktu singkat atau kemungkinan disebabkan pola arus pasang surut dan abrasi pantai. Tekanan pada mangrove terlihat pada penurunan produktivitas dan kemampuan untuk hidup.
Biota Foundation mengaku telah menghubungi pakar mangrove dan akademisi untuk mengadakan penelitian. Apakah mangrove mati karena penambangan mineral atau akibat air pasang surut dan abrasi pantai. (16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.