Kirab Kiai Bende Jadi Atraksi Wisata
PERLU DILESTARIKAN: Warga mengarak Kiai Bende yang merupakan peninggalan Sunan Kalijaga. (HARSEM/CUN CAHYA) |
NONGKOSAWIT-Menyambut Ramadhan, warga RW 01 Nongkosawit Kecamatan Gunungpati Semarang, menggelar kirab pusaka Kiai Bende. Tradisi yang sudah berjalan empat tahun ini merupakan bagian dari ritual sadranan.
MEREKA menyuguhkan beragam kesenian, mulai dari rombongan denok kenang, empat pasang anak kembar, punggawa pragolapati, jaranan, reog, sampai sagulo-sagulo. Yang terakhir ini, adalah sapi yang menurut legenda sebagai tunggangan Pragolo Pangeran Pati saat membuka hutan di Gunungpati.
MEREKA menyuguhkan beragam kesenian, mulai dari rombongan denok kenang, empat pasang anak kembar, punggawa pragolapati, jaranan, reog, sampai sagulo-sagulo. Yang terakhir ini, adalah sapi yang menurut legenda sebagai tunggangan Pragolo Pangeran Pati saat membuka hutan di Gunungpati.
Kiai bende merupakan pusaka berupa gong kecil, yang konon peninggalan Sunan Kalijaga yang diberikan kepada muridnya Kiai Hasan Munadi. Menurut cerita, Kiai Hasan Munadi menyiarkan agama Islam di lereng Gunung Ungaran sebelah utara. Sehingga di Desa Nongkosawit didirikan masjid. Karena masyarakat 500 tahun yang lalu belum memeluk Islam.
Saat hendak pulang ke desanya, pembangunan masjid di Desa Nongkosawit belum selesai. Meskipun demikan, dia sudah berpesan kepada para kiai dan santrinya untuk terus melaksanakan pembangunan masjid dan mengaji seperti yang telah diajarkannya kepada mereka.
Nongkosawit memang waktu itu merupakan pusat kesenian banyak yang memainkan karawitan, klonengan dan janggrungan. Oleh Kiai Hasan Munadi, ditinggalkan pusaka bende. Peninggalan lain adalah sebuah pusaka bedug yang kini berada di Desa Randusari Gunungpati.
Desa Wisata
Menurut panitia acara, Suwarsono, tradisi ini merupakan kebudayaan semata, bukan untuk maksud lain. Karena Pusaka Kiai Bende merupakan peninggalan sejarah sudah seharusnya dijaga dan dilestarikan.
“Tujuannya agar tradisi budaya dan ekonomi menjadi satu sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Nongkosawit dan sekitarnya,” ujarnya.
“Tujuannya agar tradisi budaya dan ekonomi menjadi satu sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Nongkosawit dan sekitarnya,” ujarnya.
Selain itu tambahnya, kegiatan rutin seperti ini akan menjadikan Nongkosawit menjadi desa wisata. Namanya desa wisata edukasi dan budaya, yang artinya seluruh aktifitas masyarakat Nongkosawit di bidang pertanian, peternakan kesenian, tradisi dan budaya akan dijadikan obyek wisata.
“Memang perlu perjuangan berat karena untuk menuju ke desa wisata kita masih merintis satu tahun ini. Memang berat bagaimana menyatukan visi dan misi masyarakat untuk menjadikan Nongkosawit menjadi desa wisata dan ini harus membutukan komitmen dari masyarakat,” kata Suwarsono yang juga Ketua RW 2 Nongkosawit.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Nurjanah, mengatakan kegiatan kirab pusaka Kiai Bende ini harus diuri-uri karena ini kebudayaan yang berada di Semarang.
“Dukungan masyarakat sangat besar dan harapan ke depan Kelurahan Nongkosawit akan siap menjadi desa wisata. Dinas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang dan SKPD terkait akan siap membantu mempromosikan agar cepat terwujud Nongkosawit menjadi desa wisata,” paparnya. (cun/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.