Musim Kemarau, Petani Resah
MASUK KEMARAU: Kendati musim kemarau, sawah petani masih digenangi air.
Juli mendatang petani memasuki musim semai bibit padi. (Foto:
Harsem/Lissa Febrina) |
MEMASUKI bulan kemarau, petani yang ada di Kota Semarang dilanda rasa cemas. Menyikapi hal tersebut, para petani mulai melakukan berbagai upaya. Salah satu yang dilakukan adalah dengan memelihara saluran irigasi menuju sawah.
Khodir (55), warga Krapyak yang mengelola sawah di kawasan Bandara Ahmad Yani yang masuk wilayah Kelurahan Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, mengaku mulai resah menghadapi musim kemarau. “Kendati saat ini air masih menggenagi sawah, tapi sebagai petani saya tetap khawatir menghadapi musim kemarau ini,” ujarnya, kemarin.
Kekhawatiran Khodir cukup beralasan, mengingat saluran air yang ada di sekitar kawasan bandara ikut terkena dampak di musim kemarau. “Debit air otomatis berkurang, karena itu juga slauran air yang ada harus dibersihkan, dan penutupan saluran akan kami lakukan agar air bisa mengaliri sawah,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Khodir, dirinya dan beberapa petani lainnya sedang sibuk membersihkan jerami-jerami sisa panen beberapa waktu lalu yang masih menumpuk di area sawah. “Setelah semua jerami dibuang ke pinggir sawah, masa semai bibit padi dimulai sekitar bulan Juli nanti,” bebernya.
“Saat itu juga penutupan saluran air mulai dilakukan untuk mengarahkan air ke sawah-sawah yang ada di sini. Jika kita kekurangan air selama masa tanam, biasanya kami akan menyedot air dari saluran yang ada di sebelah timur bandara,” ujarnya.
Kendati Khodir tidak tahu persis prakiraan cuaca selama musim kemarau, namun dirinya masih optimistis jika selama musim kemarau kali ini, masih ada curah hujan. “Saya sedikit yakin saja jika kemarau ini masih ada hujan. Kendati demikian kami sudah mempersiapkan diri,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Ayu Entis menyarankan, petani yang ada di Kota Semarang mempersiapkan diri menghadapi musim kemarau. “Salah satu cara ya dengan membersihkan dan memelihara sumur-sumur dan saluran irigasi yang ada di sentra air,” ujar Ayu Entis.
Adapun sentra air yang dimaksud, lanjut Ayu, adalah terletak di wilayah Gunungpati, Ngaliyan, Tugu, Tembalang, dan Semarang Barat. “Ini harus dipelihara, kalau masih ada kebocoran, otomatis airnya akan habis di jalan,” imbuhnya.
Untuk pemeliharaan saluran irigasi dan sumur-sumur ini, Ayu menyerahkan kepada petani seutuhnya. “Untuk pemeliharaan irigasi dilakukan oleh Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), masing-masing kelompok tani memiliki bagian air atau namanya ulu-ulu,” beber Ayu.
Lanjut Ayu, dalam hal ini pemerintah tetap memfasilitasi dan memberikan petunjuk dan sarana prasarana bagi petani yang memerlukan yang dicarikan lewat PSDA atau Bansos.
“Kalau irigasi kan besar, jadi biasanya bantuan dari PSDA. Tapi kita kembali lagi mencoba memberdayakan masyarakat untuk pemeliharaan saluran irigasi dan sumur ini,” tandasnya. (lif/12)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.