Sosowangan, Ritual Jaga Lingkungan
MAKAN BERSAMA: Warga Dusun Junggul, Bandungan, Kabupaten Semarang menyantap sesaji bersama pada ritual tradisional Sosowangan, kemarin. (HARSEM/NINO ADISUMARTO) |
UNGARAN-Sosowangan, ritual tradisional warga Junggul, Bandungan, Kabupaten Semarang, kemarin digelar di sumber air lereng gunung Ungaran. Tradisi yang sudah berlangsung lebih dari 100 tahun dan melibatkan seluruh warga dikemas dalam agenda Sedekah Bumi.
Bagi Warga Junggul, Sosowangan adalah tradisi membersihkan saluran air untuk pertanian dan sumber mata air pegunungan yang merupakan berkah dari Tuhan. "Tradisi ini sebagai wujud syukur kita terhadap Tuhan atas rahmat dan karunianya. Dulu air ini untuk sawah, saat ini digunakan untuk konsumsi warga. Selain itu tradisi ini juga dimaknai sebagai wujud pelestarian alam budaya lokal," ujar Mbah Suradi, sesepuh Dusun Junggul.
Pelaksanaan ritual diwarnai dengan keterlibatan warga melakukan kerja bakti membersihkan sumber mata air. Yang kemudian dilanjutkan dengan bancakan yang menyajikan sesaji tujuh ayam jantan, kembang tujuh rupa dan minuman dawet.
Ritual diawali dengan membersihkan sungai yang mengalir dari lereng Gunung Ungaran. Termasuk membersihkan tiga sumber mata air yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Mbah Suradi kemudian memulai dengan menyembelih tujuh ekor ayam jantan di pusat mata air. Sementara beberapa warga menyiapkan sesaji usus, bulu, cakar ayam dan dawet yang diletakkan di tiga mata air tersebut.
"Sesaji ini memiliki perlambang kemakmuran. Bulu sebagi simbol sandang, cakar ayam yang diartikan kemudahan dalam mencari rezeki," jelas Mbah Suradi. Acara kemudian diakhiri dengan makan bersama, dengan menu unik. Yakni, tujuh ayam jantan yang dibakar dan dipotong-potong kecil, dicampur dengan tujuh macam dedaunan yang ada di sekitar sumber mata air.
Seperti daun kopi, kelengkeng, pandan, papaya, singkong dan lainnya. "Memasaknya harus dilakukan di pinggir sungai. Karena memang adat istiadatnya selama ini selalu begitu," kata Mbah Suradi lagi.
Yang menarik adalah, saat warga bersama-sama menyantap hidangan Sosowangan tersebut. Dimana ritual makan bersama ini hanya dikhususkan bagi kaum lelaki Dusun Junggul. Tidak ada satu pun wanita dalam ritual tersebut.
"Ini hanya gambaran kebersamaan warga Junggul, dimana lelaki harus menikmati jerih payah hasil gotong royong. Sedangkan jumlah pitu (tujuh) pada ayam jago, daun dan bunga memiliki makna nyuwun pitulungan (pertolongan) Tuhan. Dimana warga Junggul telah telah diberi kemudahan mencari sandang, pangan dan papan," ujar lelaki sepuh itu.
Panita Sedekah Bumi, Budi Nugroho menambahkan, tradisi Sosowangan sebagai salah satu upaya warga dalam melestarikan budaya leluhur dan lingkungan hidup.
"Adat membersihkan sungai dan mata air memang sudah turun temurun dilakukan warga. Artinya sejak zaman dulu warga Junggul tetap konsen menjaga lingkungan hidup dan kebersamaan," pungkasnya. (nino adisumarto/15)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.