Suhartati Menghilang, Tinggalkan Hutang

KOSONG: Rumah kontrakan Suhartati yang sudah lama kosong ditinggal buron.
(HARSEM/NINO ADISUMARTO)

UNGARAN- Setelah kasus penggelapan uang ratusan juta terungkap, PNS staf keuangan urusan gaji Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Bapermasdes)  Kabupaten Semarang, Suhartati (42) buron. Yang bersangkutan diketahui sejak 20 Desember 2011 menghilang.

Kasus ini telah dilaporkan oleh pihak Bapermasdes kepada bupati dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Hingga Surat Pemecatan bernomor SK 888/0370/2012 tertanggal 23 Mei 2012 sudah dikeluarkan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Semarang kepada yang bersangkutan dan Bapermasdes.

Kepala Bapermasdes Kabupaten Semarang Yoseph Bambang Trihardjono pernah mengungkapkan, Suhartati  mulai tidak masuk kerja sejak 20 Desember 2011, dengan izin pergi ke Jogja. Namun hingga saat ini yang bersangkutan belum kembali masuk kantor. Upaya pencarian sudah dilakukan, di antaranya ke Jogja, Solo, Surabaya dan Gontor. Tapi belum mendatangkan hasil. 

Bahkan rumah kontrakan Suhartati di Pungkruksari, Kelurahan Bandarjo, Ungaran Barat saat ini sudah kosong. "Kami sudah melakukan teguran secara lesan dan tertulis, tapi tidak ada hasilnya. Dan terakhir justru menghilang. Sudah kami coba mencari di Jogja, Solo, Surabaya dan Gontor tempat anaknya dipondokkan hasilnya juga nihil," terang Yosep

Menghilangnya Suhartati, sejak awal diduga berkaitan dengan sejumlah kasus yang sedang dihadapi, yakni terkait upaya penggelapan uang yang dilakukan terhadap beberapa kolega. Di internal kantor Bapermasdes saja terdapat belasan PNS yang menjadi korban, dengan akumulasi kerugian mencapai sekitar Rp 90 juta.

Lakukan Penggelapan

 Suhartati.(HARSEM/DOK)

Modus penggelapan yang dilakukan Suhartati, yakni dengan memanfaatkan kedudukannya sebagai bendahara gaji. Dengan demikian seluruh PNS Bapermasdes yang hendak mengajukan kredit di bank harus melalui dia. Dalam praktiknya, setiap ada PNS yang mengajukan kredit, oleh Suhartati hanya disodorkan blangko kosong untuk ditandatangani korban. Selanjutnya Suhartati menambahkan nilai nominal pengajuan kredit untuk kepentingan pribadi.

Dicontohkan, semisal ada PNS Bapermasdes yang mengajukan kredit di salah satu bank senilai Rp 10 juta. Namun tanpa sepengetahuan korban, Suhartati menulis pengajuan sebesar Rp 20 juta. Kelebihan nilai Rp 10 juta tersebut yang kemudian diperuntukkan bagi dirinya. "Dengan kata lain yang bersangkautan mendompleng pengajuan kredit atas nama orang lain, tanpa sepengetahuan korbannya," terang Prasetyo.

Widiarto (60) salah satu korban Suhartati menuturkan, akibat perbuatan tersebut dirinya dirugikan sebesar Rp 8,5  juta.  Widiarto yang bekerja sebagai penjual kayu lapis bekas di Jl Moh Yamin Ungaran itu mengaku bahwa uangnya dipinjam Suhartati, dengan alasan untuk biaya memasukkan anakkya ke Ponpes Gontor sekitar Juli 2011. Faktanya hingga saat ini tak pernah dikembalikan. Bahkan pelaku sudah menghilang. "Padahal uang itu merupakan sisa pembayaran Jasa Raharja anak pertama saya  yang meninggal dunia karena kecelakaan tiga tahun lalu," tuturnya.

"Sekarang ini saya bingung harus menagih kemana? Rumah kontrakannya sudah kosong, bahkan teman-teman sekantor dia juga tidak tahu keberadaannya," ucap Widiarto lagi. Diungkapkan, selama Suhartati menghilang, rumah kontrakannya banyak didatangi orang yang bermaksud menagih utang. Dan belakangan semua perabotan isi rumah sudah diangkut oleh para penagih hutan. 

"Dari para penagih yang datang ke rumah kontrakannya, dapat diketahui jumlah uang yang digelapkan mencapai ratusan juta rupiah. Bahkan ada yang mengaku mobil rentalnya ikut dijual sama bu Suhartati," kata dia. (ino/15)

Newer Post Older Post