Pesanan Warak Laris Manis
MELIMPAH: Tuti di antara warak-warak yang diproduksinya. Menjelang dugderan, pesanan melimpah. (Foto: Harsem/Lissa Febrina) |
MENJELANG datangnya bulan Ramadan, Kadartiastuti, warga Tumpang I/59 RT 05 RW 09 Kelurahan Gajahmungkur, terlihat sibuk. Hampir seharian waktunya dihabiskan di rumah untuk menyelesaikan pesanan warak.
Lem dan guntingan kertas minyak untuk menghias kerangka-kerangka warak yang terbuat dari kayu menjadi temannya saat bulan Ramadan menjelang.
Dirinya bisa dikatakan sebagai pengrajin warak. Baginya, menekuni kerajinan warak ini tak lain untuk nguri-uri budaya milik Semarang agar tetap lestari. “Jenis ‘hewan’ ini, sudah menjadi ikon Kota Semarang dan sering dijadikan simbol pada even-even nasional,” ujar Tutik.
Hewan berkepala naga dengan badan mirip domba dan kaki-kakinya kelihatan kekar ini, konon merupakan perpaduan tiga negara, Cina, Arab dan Indonesia.
Bahkan untuk lebih mengenalkan hewan satu ini kepada anak cucu, Museum Al Husna Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) mengabadikan warak ini untuk dijadikan koleksi.
Tuti mengatakan, warak-warak yang diproduksinya itu tidak dijual di saat dugderan berlangsung, tapi justru digunakan saat acara puncak dugderan di Kota Semarang, yaitu pada saat karnaval sehari sebelum datangnya bulan Ramadan.
Warak-warak yang dikerjakannya bersama suami dan pekerjanya, datang dari berbagai pihak yang terlibat memeriahkan karnaval Dugderan. Sebut saja SMAN 1 dan SMA 12, memesan warak berukuran raksasa.
“Tinggi waraknya mencapai 4 meter lebih, untuk warak raksasa ini harganya Rp 6,5 juta dibuat dari kayu, paku, spon, dan juga kertas warna warni dan pernak pernik lainnya agar terlihat lebih indah. Membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk membuat satu warak raksasa,” bebernya.
Agar pekerjaannya tidak terlalu berat, untuk warak-warak yang berukuran biasa sudah mulai dikerjakan jauh-jauh hari. Tak heran jika di rumahnya terlihat banyak kerangka warak-warak berkepala mirip naga itu.
Selama dia menggeluti kerajinan warak, sedikitnya sudah 700 lebih kerajinan warak yang dibuatnya. Hal yang paling membanggakan dirinya dan berkesan adalah hasil karyanya pernah dipesan oleh turis Jepang dna dibawa pulang ke negaranya.
“Warak ini memiliki keunikan tersendiri, sehingga turis tersebut membawa warak untuk dijadikan koleksi di negaranya,” katanya senang.
Selain turis Jepang, pejabat dari luar pulau pun seperti Batam juga ada yang memesan warak kepada dirinya. Karena itu juga Tuti tak pernah ingin berhenti memproduksi warak.
Ditambahkan Tuti, untuk persiapan karnaval dugderan nanti, dirinya masih punya waktu menyelesaikan pesanan-pesanan warak yang datang padanya.
“Saat ini kita sedang menyelesaikan kepala-kepala warak yang rencananya akan dipakai untuk prajurit dalam karnaval.
Sedangkan badan warak sebagai bajunya juga masih dikebut. Kita akan percantik tampilannya agar warak yang akan mengiringi kereta Keraton yang dinaikki Walikota atau Wakil Walikota lebih menarik lagi,” tandasnya. (lif/12)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.