Tradisi Dugder Lebih Variatif, Puluhan Turis Terperangah
BERBEDA: Tradisi kirab atau karnaval dugder tahun ini dikemas berbeda disbanding tahun lalu.. Masyarakat tidak menyia-nyiakan untuk menontonnya. (Foto: Harsem/Cun Cahya) |
TAK peduli panas atau bahkan gerimis yang sempat turun walau hanya sebentar, saat prosesi dugderan berlangsung, ribuan masyarakat Kota Semarang dan sekitarnya tetap memadati jalan yang menjadi rute Kirab Budaya Dugder 2012, kemarin.
Sepanjang Jalan Pemuda sampai kawasan Johar, Simpanglima, hingga kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), masyarakat berduyun-duyun memadati rute yang dilewati oleh kereta kencana yang didatangkan dari Keraton Surakarta yang membawa Plt Walikota Semarang bersama istri.
Robongan itu diikuti oleh pasukan kuda dan puluhan bendi bertuliskan nama-nama Bupati Semarang zaman dulu, membawa jajaran Muspida, SKPD, dan diikuti puluhan warak, serta berbagai atraksi lainnya menuju masjid yang berlokasi di kawasan Pasar Johar.
Tidak hanya warga lokal, para wisatawan asing pun tak mau melewatkan tradisi yang dicanangkan oleh Bupati Semarang pertama, RMT Arya Purbaningrat. Puluhan warga mancanegara dari Prancis, Jerman, Cina, Korea, Jepang, Australia, Ukraina, Taiwan dan Vietnam tersebut berbaur dengan masyarakat setempat, menikmati sajian seni budaya khas Semarang. Mereka seakan terperangah melihat kemeriahan pesta dugder.
Dikatakan Gilang Wahyu, Presiden AIESEC, kegembiraan menikmati tradisi Islam yang memadukan seni budaya Jawa, Cina dan Arab tersebut begitu kental terasa selama acara berlangsung, tanpa ada kotak pembeda suku, agama maupun ras.
“Bahkan teman-teman yang dari luar ini pun tak kalah antusiasnya dibanding warga Kota Semarang. Kebetulan teman-teman dari beberapa negara akan mengikuti acara Association Internationale des Étudiants en Sciences Économiques et Commerciales (AIESEC) Local Committee Undip bertemakan lingkungan. Jadi sekalian saya kenalkan mereka dengan tradisi dugderan ini dan mereka sangat antusias,” ujar Gilang Wahyu.
Plt Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi yang memerankan Bupati RMT Arya Purbaningrat melakukan pemukulan bedug sebagai tanda dimulainya karnaval. Sedikitnya 5.000 peserta ikut ambil bagian di Kirab Budaya Dugder 2012.
“Dugderan menjadi simbol kegembiraan masyarakat Semarang menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi ini harus dipertahankan sebagai bagian dari nguri-uri budaya. Dengan semangat Ayo Wisata ke Semarang, Kirab Budaya Dugder bisa menjadi daya tari wisatawan untuk datang. Dan dengan banyaknya wisatawan akan berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tutur Hendrar Prihadi dalam sambutannya.
Ditambahkan Kabid Pariwisata Disbudpar Kota Semarang, Kasturi, karnaval dugderan tahun ini lebih meriah dan lebih variatif dibandingkan tahun lalu. “Tahun ini lebih meriah karena diikuti kurang lebih 6.000 peserta dan juga lebih variatif.
Untuk manggar masing-masing kecamatan membawa 60, sedangkan warak 15 per kecamatan. Selain itu semua pelaku pariwisata, organisasia kemasyarakat, keagamaan, kepemudaan juga ikut ambil bagian,” beber Kasturi.
Dalam upacara pemberangkatan Kirab Budaya Dugder 2012 kemarin, semua tata bahasa protokoler, termasuk aba-aba dari komandan upacara, menggunakan bahasa Jawa Kromo Inggil. Rombongan karnaval kemudian melanjutkan perjalanan menuju Masjid Kauman Di masjid yang berlokasi di kawasan Pasar Johar ini, prosesi dugderan digelar. Plt Wali Kota menerima syuhuf hasil halaqah ulama mengenai penetapan awal Ramadan.
Dilanjutkan pembacaan suhuf dalam bahasa Jawa kepada masyarakat umum dan pemukulan bedug yang diiringi dengan letusan meriam, diganti dengan bom udara hasil olahan pasukan Jihandak Brimob Jateng. Plt Wali Kota juga membagikan dua bungkus plastik berisi roti ganjel rel dan air khataman, kepada Lurah Kauman dan Bangunsari.
Kemudian peserta karnaval melanjutkan perjalanan menuju MAJT. Di masjid termegah se-Jateng itu, Plt Wali Kota yang akrab dipanggil Hendi ini menyerahkan syuhuf halaqah ulama kepada Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo yang berperan sebagai RMT Probo Hadikusumo.
Usai pembacaan maklumat, Gubernur Bibit memukul bedug sebanyak 17 kali, simbol jumlah rakaat sholat yang wajib dilakukan oleh umat Islam setiap hari.
Hujan sempat mengguyur Kota Semarang, namun tidak mengurangi antusiasme masyarakat mengikuti prosesi dugder. Sebelumnya, pagi hari digelar atraksi seni budaya dari pelajar di kawasan Simpanglima. (lif/12)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.