Kebakaran Menewaskan 7 Orang, Penyebab Ledakan Belum Diketahui
SEMARANG- Tim Laboratorium Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Semarang bersama petugas Polrestabes Semarang mengamankan genset yang meledak di lokasi kebakaran di rumah Yayasan Kematian Budi Kasih Jalan Tirtoyoso IX No 5, Semarang Timur untuk diteliti. Hal itu dilakukan guna mengetahui penyebab terjadinya kebakaran secara pasti.
Sebagaimana diketahu, kebakaran dahsyat menewaskan tujuh orang di Yayasan Kematian Budi Kasih Jalan Tirtoyoso IX No 5 RT 07/RW 12 Rejosari, Semarang Timur Sabtu (4/8) siang.
Minggu (5/8) sekitar pukul 10.00, Sejumlah petugas Labfor dan Inafis melakukan identifikasi secara seksama. Petugas terlihat memeriksa bekas puing-puing di lokasi kebakaran.
Kedatangan tim Labfor menjadi perhatian warga untuk berbondong-bondong di lokasi kebakaran. Agar tidak mengganggu proses tim Labfor, akses gang masuk menuju lokasi kejadian ditutup sementara.
Sekitar satu jam menyisir lokasi kejadian, petugas berhasil mengamankan beberapa barang yang terindikasi menjadi penyebab kebakaran. Selain mengamankan genset, di antara barang yang diamankan adalah abu arang, kabel instalasi serta beberapa kepingan sisa kebakaran.
”Sisa genset yang terbakar kami bawa untuk diperiksa. Tapi untuk hasilnya tidak bisa langsung,” kata Kepala Sub Bidang Fisika Komputer Forensik Labfor Semarang AKBP Rini Puji Astuti, Minggu (5/8).
Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan, kata Rini, minimal membutuhkan waktu 10 hari. "Kami butuh waktu lama karena masih menyelesaikan penyelidikan penyebab kebakaran di pasar Rembang, pasar Magelang dan pasar Projo, Ambarawa. Mudah-mudahan bisa cepat selesai agar penyebab kebakaran bisa diketahui,” tandasnya.
Selain itu, petugas juga mengumpulkan keterangan sejumlah saksi mata. Sedangkan pihak keluarga masih syok dan belum bisa dimintai keterangan. ”Keluarga korban masih syok dan belum bisa dimintai keterangan,” tambah Kanit Reskrim Polsek Gayamsari, AKP Suharto.
Suasana Berkabung
Minggu (5/8), saat Harsem memantau di lokasi kejadian, masih terlihat suasana berkabung. Sejumlah warga yang tinggal di satu gang Tirtoyoso IX tampak duduk-duduk sembari menyaksikan puing-puing bekas kebakaran yang berserakan.
Sementara rumah korban yang berdiri di atas tanah seluas sekitar 17 X 9 meter tersebut rata dengan tanah dan telah diberi police line. Sabtu (4/8) sekitar pukul 13.30, insiden tragis tersebut terjadi setelah genset yang berada di ruang berukuran 3 X 2 meter, terletak di depan atau emper rumah bagian kiri tersebut meledak.
Tetangga korban, Hadi Tunggono (61) mengatakan, diduga genset berukuran kecil tersebut mengalami korslet dan kemudian mengakibatkan ledakan yang cukup besar. Sementara keberadaan genset tersebut sebelumnya dalam kondisi menyala sekitar satu jam. "Sebab, di kawasan ini saat kejadian sedang ada pemadaman PLN," kata Hadi.
Dikatakannya, rumah tersebut memang digunakan sebagai Yayasan Kematian Budi Kasih. Dikelola Andre. "Saat kejadian di dalam rumah, ada sembilan penghuni. Tujuh di antaranya tewas terbakar. Sementara dua lainnya berhasil menyelamatkan diri," kata Hadi.
Sesaat setelah meledak, warga sekitar rata-rata berada di dalam rumah masing-masing. Begitu terdengar ledakan, sontak berhamburan keluar. "Namun kondisi api yang bersumber dari ruang depan sudah menyala memenuhi ruangan rumah," katanya.
Tujuh orang di dalam rumah tersebut sudah terjebak dalam kobaran api. Sehingga tidak sempat menyelamatkan diri. Terlebih, rumah yang dijadikan yayasan sejak 20 tahun lebih tersebut tidak ada jendelanya. Di sekeliling rumah terdapat tembok yang berdempetan dengan rumah tetangga. Sementara rumah di bagian belakang berlantai 2.
"Jadi, kemungkinan, orang-orang di dalam rumah tersebut tidak bisa lari ke mana-mana. Sebab api bersumber dari ruang depan, pintu masuk berada dekat genset," katanya.
Hadi mengatakan, salah seorang korban Vini (33), merupakan anak dari Lusiana (55) ini baru sekitar dua minggu tinggal di rumah tersebut. "Sebelumnya ia tinggal di Jakarta. Di Semarang, Vini disuruh membantu pekerjaan di yayasan," ungkap Hadi.
Dari tujuh tewas tersebut, tiga di antaranya adalah baby sitter masing-masing: Tari, Desi dan Rafiah. Sementara empat korban yang lain:
Lusiana (55), Vini (33), serta dua balita 9 bulan Gabriel dan Gio berumur 2,5 bulan. Keempatnya merupakan sekeluarga yang tinggal di lokasi kejadian.
Tujuh korban ditemukan tewas berkumpul di depan tangga dekat kamar mandi. "Posisinya bertumpuk-tumpuk dalam kondisi hangus terbakar. Korban Lusiana berada paling atas, diduga sang nenek tersebut melindungi cucunya," ujar salah seorang petugas Herianto. (abm/11)
Sebagaimana diketahu, kebakaran dahsyat menewaskan tujuh orang di Yayasan Kematian Budi Kasih Jalan Tirtoyoso IX No 5 RT 07/RW 12 Rejosari, Semarang Timur Sabtu (4/8) siang.
Minggu (5/8) sekitar pukul 10.00, Sejumlah petugas Labfor dan Inafis melakukan identifikasi secara seksama. Petugas terlihat memeriksa bekas puing-puing di lokasi kebakaran.
Kedatangan tim Labfor menjadi perhatian warga untuk berbondong-bondong di lokasi kebakaran. Agar tidak mengganggu proses tim Labfor, akses gang masuk menuju lokasi kejadian ditutup sementara.
Sekitar satu jam menyisir lokasi kejadian, petugas berhasil mengamankan beberapa barang yang terindikasi menjadi penyebab kebakaran. Selain mengamankan genset, di antara barang yang diamankan adalah abu arang, kabel instalasi serta beberapa kepingan sisa kebakaran.
”Sisa genset yang terbakar kami bawa untuk diperiksa. Tapi untuk hasilnya tidak bisa langsung,” kata Kepala Sub Bidang Fisika Komputer Forensik Labfor Semarang AKBP Rini Puji Astuti, Minggu (5/8).
Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan, kata Rini, minimal membutuhkan waktu 10 hari. "Kami butuh waktu lama karena masih menyelesaikan penyelidikan penyebab kebakaran di pasar Rembang, pasar Magelang dan pasar Projo, Ambarawa. Mudah-mudahan bisa cepat selesai agar penyebab kebakaran bisa diketahui,” tandasnya.
Selain itu, petugas juga mengumpulkan keterangan sejumlah saksi mata. Sedangkan pihak keluarga masih syok dan belum bisa dimintai keterangan. ”Keluarga korban masih syok dan belum bisa dimintai keterangan,” tambah Kanit Reskrim Polsek Gayamsari, AKP Suharto.
Suasana Berkabung
Minggu (5/8), saat Harsem memantau di lokasi kejadian, masih terlihat suasana berkabung. Sejumlah warga yang tinggal di satu gang Tirtoyoso IX tampak duduk-duduk sembari menyaksikan puing-puing bekas kebakaran yang berserakan.
Sementara rumah korban yang berdiri di atas tanah seluas sekitar 17 X 9 meter tersebut rata dengan tanah dan telah diberi police line. Sabtu (4/8) sekitar pukul 13.30, insiden tragis tersebut terjadi setelah genset yang berada di ruang berukuran 3 X 2 meter, terletak di depan atau emper rumah bagian kiri tersebut meledak.
Tetangga korban, Hadi Tunggono (61) mengatakan, diduga genset berukuran kecil tersebut mengalami korslet dan kemudian mengakibatkan ledakan yang cukup besar. Sementara keberadaan genset tersebut sebelumnya dalam kondisi menyala sekitar satu jam. "Sebab, di kawasan ini saat kejadian sedang ada pemadaman PLN," kata Hadi.
Dikatakannya, rumah tersebut memang digunakan sebagai Yayasan Kematian Budi Kasih. Dikelola Andre. "Saat kejadian di dalam rumah, ada sembilan penghuni. Tujuh di antaranya tewas terbakar. Sementara dua lainnya berhasil menyelamatkan diri," kata Hadi.
Sesaat setelah meledak, warga sekitar rata-rata berada di dalam rumah masing-masing. Begitu terdengar ledakan, sontak berhamburan keluar. "Namun kondisi api yang bersumber dari ruang depan sudah menyala memenuhi ruangan rumah," katanya.
Tujuh orang di dalam rumah tersebut sudah terjebak dalam kobaran api. Sehingga tidak sempat menyelamatkan diri. Terlebih, rumah yang dijadikan yayasan sejak 20 tahun lebih tersebut tidak ada jendelanya. Di sekeliling rumah terdapat tembok yang berdempetan dengan rumah tetangga. Sementara rumah di bagian belakang berlantai 2.
"Jadi, kemungkinan, orang-orang di dalam rumah tersebut tidak bisa lari ke mana-mana. Sebab api bersumber dari ruang depan, pintu masuk berada dekat genset," katanya.
Hadi mengatakan, salah seorang korban Vini (33), merupakan anak dari Lusiana (55) ini baru sekitar dua minggu tinggal di rumah tersebut. "Sebelumnya ia tinggal di Jakarta. Di Semarang, Vini disuruh membantu pekerjaan di yayasan," ungkap Hadi.
Dari tujuh tewas tersebut, tiga di antaranya adalah baby sitter masing-masing: Tari, Desi dan Rafiah. Sementara empat korban yang lain:
Lusiana (55), Vini (33), serta dua balita 9 bulan Gabriel dan Gio berumur 2,5 bulan. Keempatnya merupakan sekeluarga yang tinggal di lokasi kejadian.
Tujuh korban ditemukan tewas berkumpul di depan tangga dekat kamar mandi. "Posisinya bertumpuk-tumpuk dalam kondisi hangus terbakar. Korban Lusiana berada paling atas, diduga sang nenek tersebut melindungi cucunya," ujar salah seorang petugas Herianto. (abm/11)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.