Mudik dengan Sepeda Motor Masih Jadi Pilihan

RISIKO TINGGI: Sejumlah pemudik dengan sepeda motor melintas di Jalan Raya Tugu, kemarin. Meski berisiko tinggi, mudik dengan sepeda motor masih menjadi pilihan masyarakat. (Harsem/M Sukron/JSBM)

TERIKNYA jalur Pantura, tak membuat bapak dua anak itu mengeluh. Semangat untuk segera tiba di tanah kelahirannya, Pracimantoro, Wonogiri dilakukan dengan bersepeda motor bersama istri dan dua anaknya yang masih usia balita.

Haryono (38), karyawan perusahaan kertas di kawasan Pulogadung itu mengaku berangkat dari rumah kontrakannya usai shalat tarawih atau sekitar pukul 22.00. Sebelum mudik, sebelumnya, ia harus memasang kayu di bagian belakang jok sepeda motornya sebagai tempat untuk meletakkan tas yang berisi pakaian.

''Saya sudah berhenti lima kali. Selain sahur, istri saya beberapa kali kakinya kram. Setiap dua jam lebih, saya memilih istriahat. Kecepatan sepeda motor pun hanya berkisar antara 60-80 kilometer perjam,'' tuturnya saat ditemui di sela-sela istirahat di SPBU Mangkang, Senin (13/8) siang.

Menurutnya, mudik dengan sepeda motor lebih dirasa nyaman. Ia dan keluarganya bisa beristirahat, di mana saja yang disukai. Jika mudik dengan bus atau kereta, kata Haryono, ia tidak tega dengan kondisi anaknya yang harus berdesakan dengan penumpang lainnya. Selain soal keamanan, pengalaman dompet dan tas kecil berisi uang, hilang saat mudik lima tahun lalu membuatnya tak lagi memilih angkutan umum untuk mudik.

''Dompet yang berisi surat dan uang hilang begitu saja saat berdesak-desakan di dalam kereta. Padahal, uang itu untuk lebaran di kampung,'' ungkapnya.

Memilih mudik dengan sepeda motor juga menjadi pilihan jejaka 25 tahun warga Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang bernama Andi Kurniawan. Saat ditemui di pos mudik Terminal Mangkang, karyawan pabrik garmen di Tasikmalaya itu menyatakan, mudik dengan sepeda motor menjadi sensasi tersendiri setiap tahun.

''Saya juga tidak selalu sendiri. Teman-teman se-pabrik yang berasal dari Jawa Tengah, berangkat selalu bersama, ada yang dari Salatiga, Sukoharjo, Ambarawa, dan Kendal. Kita berangkat bersama beriringan. Ketika melintasi persawahan atau pemandangan bagus, kita berhenti dan foto bersama, ya mudik sambil rekretasi,'' katanya.

Ditemui terpisah, Kepala Terminal Mangkang Bambang Kuntarso menuturkan, setiap tahun, pemudik dengan sepeda motor yang melintasi Kota Semarang terus meningkat. Alasan bebas memilih tempat beristirahat dan sambil rekreasi menjadi pilihan para pemudik bersepedamotor.

''Padahal, risikonya tinggi. Tahun lalu saja, 80 persen total kecelakaan mudik dari pengendara sepeda motor. Tapi ya mau bagaimana, kita tidak bisa melarang, hanya bisa mengimbau saja,'' ujarnya.

Sementara itu, dari pantauan pihaknya, arus mudik yang masuk di Terminal Mangkang hingga Selasa (13/8) pagi, telah terjadi peningkatan jumlah penumpang 15-20 persen dibanding hari biasa. Fasilitas yang baru di terminal, kata Bambang, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang membuka posko e-KTP.

''Jadi, setiap warga Kota Semarang yang bekerja diluar daerah, ketika mudik bisa langsung mendapatkan layanan pendataan e-KTP,'' ungkapnya.

Ditambahkan, kenaikan jumlah penumpang pada arus mudik lebaran, diperkirakan akan terjadi pada H-3, H-2 dan H-1. Dan untuk mengantisipasi terjadinya penumpukan penumpang, pihaknya telah menggandeng Organda untuk menyiapkan 50 armada bus. (Muhammad Syukron-JBSM/12)

Newer Post Older Post