Pedagang Kulit Ketupat Berharap Mremo
SEMARANG-Lebaran masih memberi rezeki kepada pedagang kulit ketupat. Dua hari menjelang Bakda Kupat, atau hari kedelapan setelah Lebaran, permintaan kulit ketupat mulai meningkat.
PERAYAAN tradisi syawalan di Kota Semarang memang tidak begitu meriah dibanding daerah lain. Meski begitu masyarakat tetap membuat masakan khas berupa opor ayam dan ketupat.
PERAYAAN tradisi syawalan di Kota Semarang memang tidak begitu meriah dibanding daerah lain. Meski begitu masyarakat tetap membuat masakan khas berupa opor ayam dan ketupat.
Di pasar Peterongan, sejumlah pedagang dadakan menjajakan kulit ketupat di emper pasar atau trotoar. Per ikat rata-rata dijual tiga hingga lima ribu rupiah. Namun, dari pengamatan kemarin, aktivitas jual beli belum terlampau ramai.
Asmara (40), salah satu pedagang, mengatakan pembeli belum begitu banyak. “Masih belum banyak pembeli. Saya akan berdagang di sini sampai barang ini habis,” kata perempuan yang sehari-hari berjualan daun pisang ini.
Di pasar tersebut, terdapat sekitar 10-15 pedagang kulit ketupat. Mereka membuat sendiri kulit ketupat dari janur dari siwalan yang mereka beli sebelumnya.
Yatningsih (43), pembeli kulit ketupat, mengatakan dia membeli satu ikat dengan harga Rp 3.000. Rencananya ia akan membuat ketupat untuk semua anggota keluarga yang berjumlah empat orang.
“Setiap tahun kami menggelar tradisi ini. Yang paling penting untuk menyenangkan putu (cucu),” ujar warga Karanggawang ini.
Gayamsari Ramai
Gayamsari Ramai
Belum ramainya penjualan juga dirasakan pedagang kulit ketupat di Pasar Sampangan. Muarif (60), dari pukul enam pagi hingga kemarin siang hanya mampu menjual beberapa ikat. Dia baru mendapat untung Rp 30.000. Dibanding Lebaran tahun lalu, katanya, atau ketika pasar masih berada di lokasi yang lama, ia dapat meraih lebih dari Rp 50.000..
Di Pasar Bulu, Jumaryanto (38) pun mengakui sepinya pembeli. “Kalau sekarang masih sepi. Mungkin nanti sore (kemarin sore) atau besok (hari ini) akan ramai,” ujar penjual asal Mranggen tersebut.
Sementara di pasar Gayamsari, jual beli kulit ketupat mulai ramai. Sejumlah pedagang menggelar dagagannya di emper pasar. Harga per ikat atau sepuluh selongsong ketupat janur dijual antara Rp 2.500 sampai Rp 4.000, tetapi yang dari daun siwalan dijual antara Rp 6.000 sampai Rp 10.000 karena ukurannya lebih besar.
Kupat sejatinya simbol kegembiraan atas keberhasilan mengerjakan puasa sunah enam hari setelah Idul Fitri. Menurut KH Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Tholibin Leteh Rembang, seperti dikutip dari www.nu.or.id, pahala puasa sunah enam hari itu sangat besar, yakni senilai satu tahun berpuasa.
Para Wali mengajarkan hal itu kepada masyarakat. Lalu, demi merayakan kemengan besar berpuasa sunah, setelah lunas puasa wajib Ramadan, dibuatlah istilah bakda kupat atau syawalan. (Nurul Muttaqin, Irawan Aryanto-JBSM/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.