Penghuni ‘Habis’, Masjid Pecinan Terancam Hilang
MASJID PECINAN: Sejumlah warga tengah shalat Ashar berjamaah di Masjid An Nur di Kawasan Pecinan, baru-baru ini. (HARSEM/MUHAMMAD SYUKRON-JBSM) |
SENANDUNG Shalawat Badar terdengar mengalun di suatu sore di kawasan Jalan Beteng, Pecinan Semarang. Kesibukan kuli panggul mulai berangsur sepi. Aroma hio bakar, asap lilin, dan minyak tercium jelas. Beberapa kuli panggul yang tengah istirahat di depan toko yang sudah tutup bergegas menuju ke arah suara shalawat.
Melintasi Jalan Beteng, suasana oriental terasa dengan pemandangan rumah kuno Tionghoa. Oleh karenanya, kawasan di sepanjang jalan itu tetap masuk Pecinan. Orang awam yang sesekali melintas, mungkin tidak pernah tahu jika di tengah kawasan itu berdiri sebuah masjid.
Dari Jalan Beteng, memang tidak tampak. Karena kubah masjid terhalang tingginya bangunan toko yang berjajar. Papan nama dari lempengan seng yang dicat putih dan ditempel di sebuah gang menjadi petunjuk jika di daerah itu berdiri sebuah masjid. Masjid An Nur Jalan Beteng, Kampung Menyanan Kecil 309 Semarang, demikian tulisan dengan cat hitam.
Para kuli panggul bergegas memasuki gang yang memiliki lebar kurang dari dua meter. Mereka meletakkan beberapa pakaian di pintu masuk dan mengambil air wudhu. Suara shalawat masih mengalun dari muadzin. Beberapa warga yang baru saja membeli aki di depan masjid terlihat pula bergegas memasuki masjid.
Iqomat pun dilantunkan setelah salah seorang warga yang biasa menjadi imam, hadir. Shalat Ashar dilakukan berjamaah yang diikuti dua shaf penuh.
Pernah Hilang
Dari kabar yang beredar di masyarakat, Masjid An Nur merupakan peninggalan Pangeran Diponegoro. Akan tetapi bukti sejarah yang otentik tidak ditemukan. Sesepuh Kampung Menyanan H Imam Syafii menuturkan, sebelum menjadi masjid, bangunan itu hanya mushala dengan ukuran 3 x 3 meter.
“Bangunan asli masih ada, enam pilar dan pengimaman dengan tulisan nama-nama Sahabat Nabi Muhammad Saw. Abu Bakar as Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Dua makam di samping kiri juga sudah dipindah dan kini ditutup keramik,” tuturnya, kemarin.
Menurutnya pula, mushala itu pernah hilang namun kemudian ditemukan lagi sekitar 1967. Saat ditemukan kondisinya sangat memprihatinkan. Tersembunyi di antara gedung-gedung tinggi. Pada 1993 banguan kuno itupun direhab.
Salah satu imam Masjid An Nur, Muhammad Kodirun (45) menambahkan, masjid Annur melakukan kegiatan hampir sama dengan masjid lainnya, shalat tarawih dan tadarus.
“Warga asli sini juga sudah mulai habis. Rumah juga tinggal enam, karena sudah dibeli Yayasan Kebondalem. Gang di depan masjid sudah buntu, dulu tembus hingga jalan di dekat SMA Kebondalem.
Masjid ini menjadi satu-satunya masjid di Kawasan Pecinan, dan harus dilestarikan. Suara azan jangan sampai hilang,” tutur bapak tiga anak yang sehari-hari berjualan nasi goreng keliling itu saat ditemui usai shalat Ashar. (Muhammad Syukron—JBSM/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.