Perahu Larung Terguling, Sebuah Pertanda?
TERGULING: Timas SAR mendirikan kembali perahu larung yang terguling. (HARSEM/SUKMA WIJAYA) |
DEMAK-Tradisi sedekah laut dan larung sesaji di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Morodemak Desa Purworejo Bonang, kemarin ditandai tergulingnya perahu sesaji. Sejumlah orang bertanya-tanya pertanda apa?
SUDAH menjadi tradisi, tiga desa di kecamatan Bonang, yaitu Morodemak, Purworejo, dan Margolinduk menggelar tradisi sedekah laut dan larung sesaji setiap 7 Syawal. Ini sebagai simbol rasa syukur nelayan atas tangkapan ikan selama setahun.
Oleh pemerintah daerah, tradisi dimasukkan dalam agenda wisata tahunan. Dimeriahkan hiburan wayang kulit, orkes dangdut hingga layar tancap. Prosesi larung dilakukan secara sakral oleh bupati dengan dikawal prajurit petangpuluhan (empat puluhan), muspida, dan masyarakat.
Sudah menjadi kepercayaan, sedekah laut akan meningkatkan tangkapan ikan. “Pernah beberapa tahun lalu warga tak mengadakan sedekah laut. Entah kebetulan atau tidak, nelayan sulit mencari ikan,” ungkap sesepuh Desa Purworejo, H Iskandar.
Dipercaya masyarakat, penunggu di pesisir Morodemak benama Jeliteng. Nelayan menduga Jeliteng mengganggu nelayan menangkap ikan. Seseorang kiai mengingatkan agar menggelar sedekah laut sebagai wujud syukur pada pencipta. Warga manut, dan ternyata ada perbedaan dengan kondisi sebelumnya. Akhirnya warga menyakini perlu ada sedekah laut.
Soal perahu larung berisi sesaji yang terguling, Iskandar tak berani menduga sebagai firasat. Dia berdoa tak menjadi pertanda dari sebuah musibah. “Kasihan warga di tiga desa tersebut rata-rata berpenghasilan kurang atau miskin, semoga tak ada apa-apa,” saut Kades Purworejo Ali Mas’ad.
Tradisi sedekah laut sudah menjadi ajang silaturahmi para masyarakat nelayan. Persoalan perahu terguling semoga bukan menjadi pertanda akan terjadinya peristiwa yang merugikan masyarakat pesisir.
Terpisah, Plt Bupati HM Dachirin Said mengutarakan sedekah laut merupakan tradisi apik yang dikemas dalam agenda wisata tahunan. “Kami kemas secara profesional sehingga bisa menyerap pemasukan daerah,” ungkapnya. Sekaligus memberikan lahan pekerjaan kepada masyarakat sekitar.
Terpisah, Plt Bupati HM Dachirin Said mengutarakan sedekah laut merupakan tradisi apik yang dikemas dalam agenda wisata tahunan. “Kami kemas secara profesional sehingga bisa menyerap pemasukan daerah,” ungkapnya. Sekaligus memberikan lahan pekerjaan kepada masyarakat sekitar.
Dachirin membantah jumlah pengujung turun. Dia mengakui ada tradisi serupa di pesisir Wedung tak jauh dari Morodemak. “Sedekah laut di Wedung juga kami dukung untuk mendulang wisatawan,” kata Dachirin.
Keramaian di Wedung juga mengundang minat pengunjung. Perusda Anwusa menggelar orkes dangdut di Pantai Morosari Kecamatan Sayung dan membuka even acara syawalan di Taman Ria Demak.
“Biasanya sedekah laut di Morodemak ramai hingga jalan menuju pelabuhan macet. Sekarang pengunjung berkurang,” ungkap Edi Purhadi warga Bonang.
Sedekah laut Morodemak tahun lalu hingga dipadati puluhan ribu pengunjung. Sekarang tak sampai lima ribu.
Edi mengakui menyusutnya pengunjung akibat terserap even-even hiburan di temnpat lain. Dia juga masyarakat lebih memilih mengunjungi kerabat atau saudaranya saat syawalan ketimbang pergi ke lokasi hiburan yang ramai. (swi/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.