Satu Tiang Masjid Nyatnyono (upper) Bantuan Dari Wali Songo
TIANG WALI SONGO: H Murtadho, keeturunan Waliullah Hasan Munadi menunjukkan salah satu tiang bantuan Walisongo, yang kini terlapisi kayu ukiran (HARSEM/NINO ADISUMARTO) |
UNGARAN- Selintas tak ada yang istimewa, arsitektur bangunannya lumrah sebagaimana umumnya masjid-masjid di pedesaan. Namun dari sisi historis Masjid Nyatnyono di Kecamatan Ungaran Barat ini memiliki nilai lebih dibanding bangunan masjid se-wilayah Kabupaten Semarang.
Masjid peninggalan Waliullah Hasan Munadi ini dipercaya warga setempat lebih tua dibandingkan Masjid Demak peninggalan Wali Songo.
H Murtadho Hasabu (42) yang dikenal sebagai salah satu keturunan Waliullah Hasan Munadi menuturkan, bukti lebih tuanya masjid Nyatnyono dapat dibuktikan dengan adanya salah satu soko (tiang) bantuan dari Wali Songo, yang hingga kini masih tegar berdiri di dalam masjid.
"Sejarahnya sebelum membangun Masjid Demak, para Wali Songo sempat meminta doa dan barokah dari Waliullah Hasan Munadi. Permintaan tersebut disanggupi oleh mbah Hasan Munadi dengan syarat para Wali Songo harus membawa satu tiang untuk pembangunan masjid Nyatnyono.
Dan akhirnya kesembilan wali tersebut secara bersamaan mengantarkan tiang tersebut dari Demak ke Nyatnyono," kata Murtadho, kemarin.
"Pembangunan masjid Demak sesuai simbol kura-kura yang ada di dalam mimbar imam diperkirakan terjadi pada sekitar tahun 1401, berarti Masjid Nyatnyono dibangun pada tahun sebelumnya," imbuh dia.
Bukti lain menurut sejarah, lanjut dia, adalah kurangnya tiang yang disiapkan oleh para wali dalam membangun masjid demak telah digenapi dengan tiang tatal buatan Sunan Kalijogo.
"Karena satu tiang digunakan untuk membangun masjid Nyatnyono, maka Sunan Kalijogo menggenapinya dengan tiang tatal," terang Murtadho lagi.
Lalu apa hubungan antara Waliullah Hasan Munadi dengan Keraton Demak? Menurut lelaki bertubuh gempal ini, sesungguhnya Waliullah Hasan Munadi masih saudara satu bapak lain ibu dengan Raja Demak, Raden Patah.
"Keduanya sama-sama keturunan raja Majapahit terakhir, Brawijaya V. Hanya saja ibu Raden Patah diketahui sebagai Putri Campa, sedangkan ibu waliullah Hasan Munadi tidak tercatat dalam sejarah silsilah Majapahit dan Demak," ucap dia.
Dikisahkan, awal mula Waliullah Hasan Munadi membangun masjid Nyatnyono berbentuk bangunan satu tiang menyerupai payung. Yang kemudian dibangun kembali dengan empat soko di dalamnya.
Hingga saat ini Murtadho tidak ingat lagi masjid tua itu sudah berapa kali mengalami pemugaran. "Pastinya terakhir kali dipugar pada tahun 1985, bersamaan dengan munculnya fenomena sendang Kalimah Toyibah yang diyakini memiliki karomah para wali," katanya.
Bagi warga Desa Nyatnyono, masjid peningggalan Waliullah memiliki makna penting di setiap bulan Ramadan. Selain menggelar kegiatan Thadarusan, mereka juga melakukan sema'an Alquran setiap malam.
Dan khusus pada malam Selikuran, masjid yang berada di area komplek makam Waliullah Hasan Munadi selalu dibanjiri ribuan peziarah dari berbagai kota.
"Umumnya mereka yang datang pada malam Selikuran bertujuan melakukan ziarah sekaligus ngalap berkah karomah Waliullah. Untuk Ramadan tahun ini malam Selikuran akan dilaksanakan pada Kamis malam Jum'at pekan depan" pungkassya. (nino adisumarto/15)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.