Akibat Tanggul Dikeruk Banjir Susulan Lebih Meluas
DEMAK- Akibat tanggul dikeruk, banjir susulan yang lebih meluas, menyambangi persawahan dan pemukiman.
Kali ini puluhan pemukiman terendam. Tiga desa korban banjir sudah bersikukuh meminta kontraktor penggarap segera menyiasati banjir dan mengganti untung kerusakan lahan padi milik warga.
Kondisi tanggul sebelah timur sungai Cabean masih terbuka akibat dikeruk semua. Kondisi yang rawan ini kembali mengundang banjir.
Semula banjir menelan 48 hektar persawahan milik warga Desa Tlogoweru Kecamatan Guntur , 15 hektar Desa Sidorejo Kecamatan Karangawen dan 85 hektar sawah milik warga Desa Tajemsari Kecamatan Tegowanu, Grobogan.
Sekarang banjir merendam 45 rumah milik warga Dukuh Kendalsari dan Dukuh Mlangi Desa Tajemsari. “Sekitar pukul 23.00 air sungai Cabean melimpas lagi, dan sekarang semakin meluas ke pemukiman, dan sekitar pukul 10.00 pagi air mulai surut mengikuti debet air sungai Cabean,” jelas Kades Tajemsari Setyo Budi.
Jumat (23/11) kemarin, pihaknya sudah ke Balai Besar Pengawasan Sungai Pamali Juana Semarang untuk meminta kejelasan dan tanggung jawab dari kontraktor penggarap tersebut. Teryata Balai Besar dan kontraktor belum bisa menjawab terkait ganti untuk lahan padi milik warga.
Malah pihak desa diminta untuk membantu menyelesaikan proyek dengan membangun dua lokal gorong-gorong sepanjang 15 meter di sebelah timur tanggul sungai Cabean, sekaligus diminta merampungkan pembuatan pintu klep gorong-gorong tersebut.
Terpisah melalui ponselnya, perwakilan PT Jatiwangi dari Mojokerto Jatim, Syaifudin mengaku dirinya belum bisa memberikan jawaban untuk ganti untung lahan padi milik warga. Namun sebagai kontraktor penggarap dirinya siap bertanggung jawab atas apa yang dikerjakannya.
“Dari keputusan di Balai Besar, proyek akan diteruskan oleh Lurah Tajemsari, untuk pengadaan gorong-gorong, selanjutnya kami hanya menyediakan alat-alat berat untuk membantu pembangunannya,” aku Syaifudin.
Sementara Kades Tlogoweru Soetedjo mengaku kaget dengan kabar penerusan pekerjaan dilakukan oleh Kades Tajemsari. “Pekerjaan tersebut kan resmi dibiayai oleh anggaran negara, kok terlihat seperti main-main?” ungkapnya.
Dirinya hanya berharap kontraktor bisa menjawab keluhan warga petani yang memiliki lahan sawah. Karena banjir tanaman padi yang berusia 27 hari terendam dan terancam rusak. Bila dihitung biaya pembibitan per satu hektar lahan sawah menghabiskan Rp 1,5 – Rp 2 juta, petani sangat keberatan tanam lagi, bila tak diganti untung. (swi/tab)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.