Cinta Tanpa Batas Seorang Suami
Perkawinan itu telah berjalan empat tahun. Namun pasangan suami istri Harjuna-Hardani belum dikaruniai anak.
Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “Kok belum punya anak juga ya? Masalahnya di siapa sih? Suaminya atau istrinya?” Tanpa sepengetahuan siapapun, suami istri itu pergi ke dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan, Hardani mandul, sementara Harjuna tidak.
Harjuna seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya. Ia membiarkan Hardani menunggu di ruang tunggu.
Harjuna berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti Anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.”
Sang dokter terheran-heran. Akan tetapi Harjuna terus memaksa hingga akhirnya dokter setuju untuk mengatakannya. Saat keduanya sudah di ruang praktik, dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “Kamu yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.”
Pasangan suami istri itu pulang. Perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat, dan sanak saudara.
Lima tahun berlalu. Sampai akhirnya Hardani berkata: “Mas, saya telah bersabar selama sembilan tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu. Namun, sekarang saya ingin agar kau menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan punya keturunan.”
Mendengar emosi sang istri yang memuncak, Harjuna berkata: “Istriku, ini cobaan dari Allah. Kita mesti bersabar.”
“OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi. Ingat, hanya satu tahun, tidak lebih!” Ujar sang istri dengan ketus. Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah memberi jalan keluar yang terbaik.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba Hardani sakit. Hasil lab mengatakan bahwa ia mengalami gagal ginjal. Hardani pun kalap. “Semua ini gara-gara kamu! Selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini! Kenapa tidak segera menceraikan saya? Saya ingin punya anak, ingin menimang bayi!”
Sehari sebelum operasi, entah datangnya dari mana, tiba-tiba muncul kabar gembira bahwa telah hadir seorang donatur ginjal untuk Hardani. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.
Saat itu Hardani teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apaan dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi!”
Operasi berjalan mulus. Sepekan kemudian, Harjuna datang, dan tampaklah ia begitu lelah. Tanpa seorang pun tahu, sang donatur itu tak lain adalah Harjuna sendiri. Ya, Harjuna telah menghibahkan satu ginjalnya untuk sang istri, tanpa sepengetahuan siapapun.
Sembilan bulan setelah operasi itu, Hardani melahirkan. Maka bergembiralah suami istri tersebut dan keluarga masing-masing. Suasana rumah tangga kembali normal. Harjuna pun telah menyelesaikan S2 dan S3-nya.
Pada suatu hari, sang suami dinas luar kota, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja. Buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja Hardani membacanya.
Hampir saja ia jatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang rumah tangganya. Ia menangis sejadi-jadinya. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya sambil terisak-isak. Ia berkali-kali mengiba dan memohon maaf. Harjuna pun hanya bisa menangis pula.
Setelah peristiwa itu, lebih dari tiga bulan Hardani tak berani menatap wajah sang suami. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan muka, tidak ada kekuatan untuk memandangnya.
(Dituturkan oleh Ariandono, teman tokoh cerita ini, yang dituang ke dalam tulisan oleh Abdul Mughis)
Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “Kok belum punya anak juga ya? Masalahnya di siapa sih? Suaminya atau istrinya?” Tanpa sepengetahuan siapapun, suami istri itu pergi ke dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan, Hardani mandul, sementara Harjuna tidak.
Harjuna seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya. Ia membiarkan Hardani menunggu di ruang tunggu.
Harjuna berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti Anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.”
Sang dokter terheran-heran. Akan tetapi Harjuna terus memaksa hingga akhirnya dokter setuju untuk mengatakannya. Saat keduanya sudah di ruang praktik, dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “Kamu yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.”
Pasangan suami istri itu pulang. Perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat, dan sanak saudara.
Lima tahun berlalu. Sampai akhirnya Hardani berkata: “Mas, saya telah bersabar selama sembilan tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu. Namun, sekarang saya ingin agar kau menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan punya keturunan.”
Mendengar emosi sang istri yang memuncak, Harjuna berkata: “Istriku, ini cobaan dari Allah. Kita mesti bersabar.”
“OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi. Ingat, hanya satu tahun, tidak lebih!” Ujar sang istri dengan ketus. Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah memberi jalan keluar yang terbaik.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba Hardani sakit. Hasil lab mengatakan bahwa ia mengalami gagal ginjal. Hardani pun kalap. “Semua ini gara-gara kamu! Selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini! Kenapa tidak segera menceraikan saya? Saya ingin punya anak, ingin menimang bayi!”
Sehari sebelum operasi, entah datangnya dari mana, tiba-tiba muncul kabar gembira bahwa telah hadir seorang donatur ginjal untuk Hardani. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.
Saat itu Hardani teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apaan dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi!”
Operasi berjalan mulus. Sepekan kemudian, Harjuna datang, dan tampaklah ia begitu lelah. Tanpa seorang pun tahu, sang donatur itu tak lain adalah Harjuna sendiri. Ya, Harjuna telah menghibahkan satu ginjalnya untuk sang istri, tanpa sepengetahuan siapapun.
Sembilan bulan setelah operasi itu, Hardani melahirkan. Maka bergembiralah suami istri tersebut dan keluarga masing-masing. Suasana rumah tangga kembali normal. Harjuna pun telah menyelesaikan S2 dan S3-nya.
Pada suatu hari, sang suami dinas luar kota, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja. Buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa sengaja Hardani membacanya.
Hampir saja ia jatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang rumah tangganya. Ia menangis sejadi-jadinya. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya sambil terisak-isak. Ia berkali-kali mengiba dan memohon maaf. Harjuna pun hanya bisa menangis pula.
Setelah peristiwa itu, lebih dari tiga bulan Hardani tak berani menatap wajah sang suami. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan muka, tidak ada kekuatan untuk memandangnya.
(Dituturkan oleh Ariandono, teman tokoh cerita ini, yang dituang ke dalam tulisan oleh Abdul Mughis)
Labels
Romantika
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.