Desa Selalu Dikorbankan

Lely Oktavia (HARSEM/DOK)

Sebagai seorang pelajar yang tinggal di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk kota saya merasa sangat miris dengan keadaan desa tempat lahir saya. Jalan-jalan masih banyak yang rusak dan belum layak untuk dilewati. Entah mengapa sebabnya saya sendiri juga belum tahu.

Selama ini banyak warga yang mengeluh dan menyayangkan mengapa banyak jalan-jalan yang ada di desa kurang mendapat perhatian dari pemerintah, padahal jalan yang bagus atau mulus merupakan hak dari warga desa agar kehidupan bisa berjalan dengan baik dan pertumbuhan ekonomi pedesaan menjadi baik pula.

Padahal kalau menilik kehidupan yang ada di kota sangat jauh sekali. Jalan-jalan yang ada di kota sudah banyak yang beres dan bagus, meski ada juga yang daerah kota pinggiran juga akses jalan yang masih sama dengan yang ada di desa. Alangkah senangnya saya dan warga desa lainnya apabila memiliki seorang pemimpin yang mau turun ke desa-desa untuk melihat kehidupan warga desa dan memperhatikannya.

Pemimpin yang mau turun ke desa-desa adalah sosok pemimpin yang banyak dicari orang, baik di desa atau di kota. Karena menurut saya, dengan memiliki pemimpin yang seperti itu kehidupan desa tidak jauh ketinggalan dengan kehidupan kota. Selama ini desa selalu dikorbankan dan yang menjadi prioritas adalah kota.

Saya pernah bermimpi kalau jalan-jalan dan kehidupan desa sama dengan jalan dan kehidupan yang ada di kota-kota. Tidak ada berbedaan yang terlalu mencolok dan jauh. Semoga gubernur atau pemimpin yang terpilih nanti bisa membawa kehidupan desa tidak lagi jauh tertinggal dari kehidupan kota, yaitu salah satunya dengan banyak turun ke desa-desa melihat keinginan dan permasalahan yang ada. Amin. (*)

Penulis siswa Kelas XI IPA 1, SMA Bustanul NU Bumiayu

Newer Post Older Post