Halluyu Sudah Pergi, Masih Ditantang Berkelahi

Sejumlah anak menari jaran hokya, kemarin (HARSEM/RANIN AGUNG-SM NETWORK)

UNGARAN-Pamor gangnam style sudah lama pudar. Gemanya pun sudah tak lagi terdengar. Tetapi perlawanan terhadapnya masih digaungkan.

Salah satunya oleh Komunitas Literasi Media Jantaka yang mengadakan Festival Jaran Hokya untuk melawan ikon budaya Halluyu (Korean-Pop) itu. Mereka mengerahkan ‘prajurit berkuda’ dari Dusun Resowinangun, Desa Pledoan, Sumowono untuk mengajak ‘berkelahi’ gangnam style. Padahal yang ditantang, sudah lama pergi. Bahkan masyarakat pun sudah lama melupakan gangnam style.

Koordinator Jantaka, Retno Manuhoro mengatakan, tarian jaran hokya merupakan media pengingat bahwa Indonesia juga punya tarian asli yang bagus. Sebagai bentuk kepedulian menyusul gencarnya pengaruh halluyu atau Korean wave.

"Melalui cuplikan, pemahaman, hingga komunikasi langsung dengan masyarakat dalam hal ini anak-anak usia SMP di Pledoan, Sumowono kami percaya kelak mereka bisa memilih tayangan televisi yang baik sesuai dengan umur," katanya, Minggu (20/1)

Pada saat bersamaan, warga yang mendapat pendampingan pamong budaya Disporabudpar Kabupaten Semarang juga menyajikan musik 'Reog Bumbung'.

"Kegiatan ini harus terus berjalan, ibarat uplik (lampu minyak-red) sampai kapan pun harus tetap menyala sebagai penerangan lingkungan sekitar. Sementara untuk menyalakannya hanya butuh kepedulian dari semua kalangan," ujar Waljiono, pendiri Rumah Uplik.

 Ditambahkan Retno, pihaknya berencana akan mengadakan kegiatan serupa dengan menggandeng ibu rumah tangga. Menurut dia setelah semua kalangan paham tentang tayangan televisi, masyarakat lambat laun akan beralih ke wahana lainnya. (Ranin Agung-SM Network/nji)

Newer Post Older Post