Lima Napi Kabur dari LP Tinggalan Belanda

Lima napi kabur dari LP Klas IIA LP Benteng Ambarawa, Kabupaten Semarang, Rabu (2/1) sekitar pukul 02.00, dengan cara memanjat dua tong air lalu menjebol atap ruang tahanan. Kelima napi itu dua di antaranya berasal dari Kabupaten Semarang, satu dari Kota Semarang, serta dua orang dari Klaten dan Kota Pekalongan.

Mereka ialah Tarmuji (44) yang memiliki dua alamat yaitu Dusun Krajan III Pucung RT 01/RW 03, Pucung, Bancak, Kabupaten Semarang dan Dusun Talangcara, Bandarjaya, Sekayu, Kabupaten Musi, Banyu Asin (napi kasus Pasal 44 (1) UU RI No 23 Tahun 2004); lalu Puput Dian Riyadi (19), warga Ngoreyan RT 04/RW 02, Desa Ngandung, Ganti Warno, Klaten (napi kasus pencurian Pasal 363 KUHP).

Kemudian Prayitno alias Yayik (25), warga Dusun Talun RT 02/RW 06 Desa Candi, Bandungan, Kabupaten Semarang (napi kasus pencurian, Pasal 363 KUHP); Tarjono alias John (34), warga Dusun Silirejo RT 04/RW 01, Silirejo, Tirto, Pekalongan (napi kasus curat, Pasal 365 KUHP); dan Stevanus Hengki Octavia (36), warga Kampung Sanggung RT 01/RW 06, Jatingaleh, Candisari, Kota Semarang (napi kasus pencurian, Pasal 362 KUHP). Kelimanya menghuni Kamar nomor 3 Blok 2 bersama 19 napi lainnya.

Kepala LP Klas IIA Ambarawa Utuy Sri Aprilla SA melalui Kepala Pengamanan Ahmad Widodo mengatakan, kelima napi tersebut kabur dengan memanjat tong isi air lalu menjebol eternit dan langsung kabur.

Mudahnya mereka menjebol atap karena konstruksi atap di bangunan tersebut sudah tua dan merupakan peninggalan Belanda.

Menyikapi kasus ini, pihaknya langsung melakukan pengamanan ekstra ketat serta melakukan pencarian. “Dengan kaburnya lima napi itu, pihak LP akhirnya melakukan pengamanan ekstraketat serta langsung memburu kelimanya,” cetus Utuy. Diperkirakan, kelima napi tersebut masih berada di wilayah Jateng. Kaburnya napi tersebut telah dilaporkan ke Kantor Kanwil Hukum dan HAM Jawa Tengah maupun Polres Semarang.

Dari catatan Harsem, tidak kali ini saja napi di LP tersebut kabur. Pada 3 Juli 2008, tujuh tahanan kabur dari Kamar 4 Blok II lapas ini, dengan cara membobol tembok.

Lapas ini merupakan benda cagar budaya peninggalan kolonial yang dibangun pada 1832. Selain atap yang telah rapuh, temboknya juga tidak dibangun menggunakan semen, jadi bisa dikorek-korek sehingga berlubang. (hes/rif)

Newer Post Older Post