Longsoran Tanggul Meluas Di Banyumeneng, Mranggen

Sangat mengkhawatirkan, longsoran tanggul di Dukuh Karangan, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen semakin melebar
HARSEM/SUKMAWIJAYA

DEMAK- Longsoran tanggul kritis di wilayah Dukuh Karangan, Banyumeneng, Mranggen meluas. Membentuk jurang sedalam 10 meter.

Tanggul kritis di wilayah Dukuh Karangan, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, sangat mengkhawatirkan. Sudah setahun kondisi tanggul belum ada penanganan dari pemerintah. Belakangan luas longsoran semakin bertambah menyisakan jurang sedalam 10 meter.

Hujan deras beberapa hari lalu, semakin menambah melebarnya longsoran tanggul di Dukuh Karangan. Meluasnya longsoran mengancam kelangsungan jalur utama jalan Mranggen menuju Kabupaten Semarang yang berada di dekat tanggul. 

Semula di bahu jalan masih terdapat tanah tanggul selebar satu meter dan pondasi batu 60 cm yang dibangun oleh warga. Belakangan tanah tersebut ikut longsor menyisakan pondasi tersebut.

“Arus sungai Dolog yang mengalir melalui Bendung Barang, lurus menabrak tanggul, memudahkan tanggul menjadi longsor,” ucap Sholeh Mohamad, warga Dukuh Krajankidul, Desa Banyumeneng, kemarin. Lanjutnya, sekitar hari Kamis (17/1) sebagian tanggul longsor, karena arus sungai yang deras.

Sekitar dini hari, lokasi tanggul sebelah Selatan tempat makam umum Blandong Desa Banyumeneng mengalami longsor selebar 50 meterpersegi. Disusul longsoran terjadi di lokasi sebelah jalan beton bertulang yang dibangun oleh Pemkab Demak, sepanjang 35 meter ikut longsor.

Perangkat Jengkel
Perangkat Desa Banyumeneng, Tri Waluyo sempat jengkel dengan janji-janji pemerintah akan merehabilitas tanggul, tapi tak kunjung direalisasi. Sekitar Januari 2012 tanggul mulai mengalami longsor, bahkan mendiang Bupati Demak Tafta Zani sempat mensurvei tanggul kritis ini.

Karena sebagian badan sungai termasuk wilayah Dukuh Gayam, Kelurahan Rowosari, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, Bupati Zani merangkul Walikota saat itu, Soemarmo. Tafta mengupayakan jalur sungai yang melingkar akan dipotong dengan menyodet lahan warga, sehingga jalur sungai menjadi lurus.

“Lahan warga sudah dibebaskan, namun realiasasi belum juga dilaksanakan, sampai Bupati Tafta meninggal dunia dan Walikota Sumarmo terjerat hukum,” ungkap Waluyo. Dia mewakili warga meminta ketegasan pemerintah untuk mengantisipasi longsoran tanggul yang semakin meluas, jangan sampai muncul korban jiwa dan kerugian materi, baru pemerintah membantu.

Bila dihitung longsoran tanggul sudah sepanjang 100 meter, semula jarak jalan dengan tanggul sekitar 50 meter sekarang tinggal setengah meter. Waluyo menambahkan untuk penanganan darurat bisa diberi trucuk dari bahan bambu sedalam 10 meter, walau itupun tidak mampu mengatasi gerusan air sungai yang deras.

Solusi yang tepat hanya menyodet saluran sungai, sehingga lokasi tanggul kritis tak lagi dilewati arus air sungai. “Pemkab sudah kali ketiga mengirim surat ke Balai Besar Pengairan Pamali Juana  tapi sampai saat ini belum ada respon,” ungkap Ketua Komisi C DPRD Demak S Fahrudin Bisri Slamet. Pihaknya sudah mensurvei perkembangan longsoran bersama instansi terkait, namun Balai Besar belum merespon tanggul kritis tersebut.

Sementara Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Bambang Saptoro Subandrio ketika dihubungi melalui ponselnya, tak menjawab. Bahkan dikonfirmasi dengan SMS tak ada respon untuk menjawab penanganan darurat tanggul kritis itu. (swi/tab)  

Newer Post Older Post