Sebagai Peredam, Peran Perempuan Masih Lemah Konflik Antar-Umat Beragama
DIBANDING penduduk laki-laki, jumlah perempuan dari keseluruhan penduduk di Jateng lebih besar. Artinya, peran perempuan dalam merajut hubungan antar umat beragama yang dialogis dan inklusif sangatlah signifikan.
''Kuantitas tersebut bisa sangat penting ditempatkan dalam rangka kualitatif. Dengan sifat-sifat positif seperti asah asih asuh, perempuan memiliki peran besar mengenai praktik berbagi,'' ujar Romo Aloysius Budi Purnomo Pr Lic, Kamis (10/1), di Gedung Thomas Aquinas Kampus Unika Soegijapranta Bendan Dhuwur.
Seminar dengan tema ''Peran dan Pemahaman Perempuan dalam Dialog Anti Konflik Antar Umat Beragama Berdasarkan Perspektif Gender'' ini diprakarsai Program Studi Magister Hukum Kesehatan Pascasarjana Unika Soegijapranata, Keuskupan Agung Semarang serta Pesantren dan Madrasah Development Center (PMDC). Hadir pembicara lainnya, Prof Dr Agnes Widanti (Ketua JPPA Jateng) dan Prof Dr H Amin Syukur (Direktur Lembaga Bimbingan dan Konsutasi Tasawuf Semarang).
Ketua Komisi HAK Keuskupan Agung Semarang ini mengelompokkan problematika kebebasan beragama dalam tiga level. Ketiganya pada tataran regulasi, penegakkan hukum dan kebiasaan beribadah. Pada tataran regulasi, masih terjadi kontradiksi antara konstitusi dan regulasi yang lebih rendah tingkatan hukumnya.
Sedangkan tren politik negatif saat ini meliputi tumbuhnya islam radikal konservatif, meningkatnya intoleransi di masyarakat sehingga memunculkan semburat ancaman kebebasan beragama. Agnes Widanti menyebutkan, peran perempuan dalam meredam konflik antar umat beragama masih lemah.
Pasalnya, partisipasi mereka mendapat hambatan adanya ketidakseimbangan gender. Hal itu mengakibatkan dalam konflik-konflik, perempuan mengalami kekerasan dan ketidakadilan gender. Padahal keadilan gender akan sangat berarti dalam anti konflik dialog antar umat beragama.
Sementara itu, Amin Syukur menyatakan, pembentukan karakter dimulai dari rumah dan dalam hal itu ibu adalah orang utama. Peran ibu, menurutnya, sangatlah penting termasuk dalam pembentukan sikap keberagaman yang arif.
''Pemberdayaan kaum perempuan secara proporsional di ranah publik perlu diapresiasi,'' tukas staf pengajar Fakultas Ushuludding IAIN Walisongo ini. (J9/SMNetwork/sae)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.