Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Tak Tahan Disiksa Tiga Istri Tua


   
Saya, sebut saja Esti, terpaksa pulang ke rumah orang tua karena tidak tahan lagi dengan suami yang memperlakukan saya seperti pembantu.


Orang tua memaksa saya menikah dengan lelaki yang sudah punya tiga istri karena merasa utang budi soal keuangan yang cukup besar. Sebagai anak, saya tak bisa membantah. Sebagai sulung, saya merasa bertanggungjawab membantu orang tua meski harus menikahi pria yang tak pernah saya cintai.

Pernikahan saya dengan Munir berlangsung sederhana, di Karangjati. Hanya nikah di bawah tangan (siri)  yang disaksikan kerabat dan sebagian tetangga. Dengan kenduri kecil-kecilan. Setelah menikah, saya tinggal di rumah Munir bersama ketiga istrinya.

Sebagai istri muda, tentu saja saya merasa segan. Tiap hari membersihkan rumah dan memasak. Bahkan saya berkorban demi menghilangkan rasa sungkan dengan mencuci pakaian orang seisi rumah.

Pemulaan yang saya anggap wajar sebagai istri muda ini ternyata dimanfaatkan oleh istri kedua suami saya, sebut saja Sri. Sri yang paling tua, sering memerintah saya melakukan pekerjaan rumah semau-maunya. Pekerjaan rumah yang mestinya menjadi tugasnya, ditimpakan kepada saya. Padahal selama ini Munir membaginya secara adil agar semua istrinya akur.

Sikap Sri ini ternyata ditiru oleh dua istri senior lain. Jadilah saya yang kerepotan mengurusi rumah. Munir sendiri terlalu sibuk bekerja, tidak pernah mengetahui kelakuan istri-istrinya itu.

Selain disuruh-suruh seperti pembantu, saya pun pernah hampir diceburkan ke sumur karean membantah perintah. Saat itu saya disuruh mengambil beberapa lembar uang Munir di kamarnya. Saya yang ketakutan tepaksa melakukan itu. Saya mengambil Rp 3 juta di lemari. Kunci lemari yang sudah dihafal letaknya oleh para istri membuat saya mudah mengambil uang. Belakangan Munir merasa kehilangan uang, dan dia menanyakan ke semua istrinya.

Tiga istri tua kompak menuding saya. Pipi saya ditampar Munir. Lalu semalaman saya dikunci di kamar belakang. Saat ditahan itu saya berencana kabur.  Namun dia berfikir lagi tentang orang tua saya. Pasti mereka merasa tidak enak dengan Munir. Saya juga takut Munir melakukan hal-hal buruk.

Setelah tiga bulan bertahan, saya pun roboh, tidak tahan di dalam rumah megah itu. Pada suatu malam belum lama ini, saya kabur dengan melompati pagar belakang rumah. Setelah pergi kesana kemari, saat ini saya di kota S, menjadi pekerja di sebuah bengkel mobil. (Dituturkan oleh Esti, bukan nama sebenarnya, yang dituang ke tulisan oleh Abdul Mughis)























Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous