Padi di Bintoro Diserang Wereng

Jalan mathol, untuk mengangkut hasil bumi, petani  membutuhkan tenaga manusia (HARSEM/SUKMAWIJAYA)

DEMAK-Genap penderitaan petani wilayah Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak. Sudah tak memiliki akses jalan menuju sawah, sekarang separuh sawahnya malah terkena hama Wereng Batang Coklat. Block sawah Menambur merupakan areal persawahan yang sangat luas, ratusan hektar sawah tersebut terpisah oleh sungai Kalijajar yang berbatas dengan Kelurahan Singorojo Kecamatan Demak. Kondisi jalan sejauh satu kilometer merupakan struktur tanah liat yang kerap becek dan mathol setelah terguyur hujan deras.
 

Petani sekitar sangat tersiksa dengan kondisi lahan pertanian yang tak memiliki jalan menuju sawah yang lebih baik. “Jangankan truk atau pick-up untuk melintas di jalan menuju, roda dua saja tak bisa melewati jalan ini,” ucap Sariat (60), warga Desa Cabean, Kecamatan Demak.

Dirinya yang memiliki lahan sawah seluas 1 bahu (0,8 hektar), selalu mengeluarkan biaya tambahan untuk mengangkut hasil panenan. Seperti Masa Tanam I (MTI) ini dia sempat menyewa tenaga manusia untuk memikul beberapa sak berisi gabah hasil panen.

Bila dihitung jarak sawahnya sejauh 400 meter dari lokasi jalan utama atau jalan raya Singorojo-Wonosari, Sariat harus mengeluarkan biaya tambahan Rp 10 ribu per sak untuk biaya pikul. Kondisi merugikan petani.

Petani lain asal Kelurahan Bintoro Salam (53) berharap pemerintah bisa mengupayakan bantuan perbaikan jalan menuju sawah di areal tersebut. “Petani setempat sangat kesulitan untuk mengakses jalan sawah,” ungkapnya.

 Salam menambahkan, musim tanam tahun ini, setengah dari sawahnya seluas 1 hektar sudah terkana hama wereng, sehingga panenan tahun ini dia cukup merugi. Semula hasil gabah per hektar mencapai 5,6 ton, karena terkena wereng menyusut menjadi 3 ton. Penyerangan hama wereng juga berpengaruh pada harga jual gabah panen, semula gabah panen mencapai Rp 375 ribu per kwintal menurun menjadi Rp 240 ribu per kwintal. (swi/tab)

Newer Post Older Post