Desa Babat Diserbu Ribuan Lalat
Warga menggunakan lem khusus untuk menangkap lalat. HARSEM/SUKMAWIJAYA |
Desa Babat Kecamatan Kebonagung diserbu gerombolan lalat. Diketahui ribuan lalat yang masuk ke rumah warga, dikarenakan adanya kandang ayam dilingkungan desa.
DEMAK- Serangga kotor ini, sebagian berkerumun di meja makan berusaha menyantap makanan yang ada. Lainnya masuk di lokasi penggilingan beras, masjid sampai di bangunan sekolah.
Warga sangat kerepotan dengan keberadaan lalat ini, sebagian membeli lem lalat untuk menangkapnya, untuk mengurangi lalat yang beterbangan. Namun sampai habis 4 lem kertas, lalat tak kunjung hilang, malah semakin bertambah banyak.
Siswandi (30) warga Desa Babat sangat jengkel dengan keberadaan lalat dirumahnya. “Sebenarnya serangan lalat ini sudah terjadi sejak tahun 1998, setelah warga membangun kandang ayam di pinggir kampung, dan belakangan lalat semakin menggila,” tegasnya.
Kades Babat, Supardi mengaku desanya dalam serangan lalat, pihaknya menduga serangan lalat akibat keberadaan kandang ternak ayam potong milik warga sekitar. Di Desa Babat terdapat 5 kandang ayam antara lain milik Subari, Mustajib, Dirgantara, Reza, dan lainnya.
Kondisi kandang yang berpencar seperti mengepung desa, bila panen ayam datang, lalat mulai berdatangan, lebih mengerikan lagi bila panen bersamaan.
“Saya sudah rembugan kepada pemilik kandang, bagaimana bisa menghilangkan serangan lalat, ternyata upaya itu tidak maksimal, lalat masih menyerang rumah-rumah warga,” ucapnya.
Setelah menerima protes dari warga, Supardi berusaha menyampaikan persoalan itu kepada pemilik kandang, ternyata usahanya tidak menghasilkan. Dirinya juga kebingungan, solusi lalat hilang dengan kandang juga hilang, menurutnya keputusan itu juga kurang bijak.
Supardi meminta dinas terkait segara turun tangan, menghilangkan lalat di desanya. Selama ini dinas terkait selalu mendorong upaya perternak ayam untuk meningkatkan kualitas produksi, seharusnya juga terfikir soal pengolahan kotoran ayam sehingga tidak merugikan warga setempat.
Sebagian warga Desa Babat adalah kurang mampu, sangat mengenaskan bila warga tidak merasakan ayamnya, tapi mendapat lalatnya. Sehari warga menghilangkan lalat dengan menghabiskan empat lem kertas, untuk membeli lem kertas satu lembar Rp 1.500, karena banyak permintaan, sekarang mencapai Rp 2.000 perlembar.
Salah satu pemilik kandang, Subari (54) warga Desa Babat, mengaku penyebab lalat dari kotoran ayam ternaknya. Saat ini dirinya sudah pasrah, beberapa cara sudah dicoba untuk menghilangkan lalat tersebut.
Dari pemasangan paranet di bawa kandang, sampai penyemprotan menggunakan obat anti lalat dan insektisida ternyata tidak memutus populasi lalat. “Saya meminta tolong bidang peternakan Dinas Pertanian namun sampai sekarang belum ada respon,” katanya. (swi/hst)
DEMAK- Serangga kotor ini, sebagian berkerumun di meja makan berusaha menyantap makanan yang ada. Lainnya masuk di lokasi penggilingan beras, masjid sampai di bangunan sekolah.
Warga sangat kerepotan dengan keberadaan lalat ini, sebagian membeli lem lalat untuk menangkapnya, untuk mengurangi lalat yang beterbangan. Namun sampai habis 4 lem kertas, lalat tak kunjung hilang, malah semakin bertambah banyak.
Siswandi (30) warga Desa Babat sangat jengkel dengan keberadaan lalat dirumahnya. “Sebenarnya serangan lalat ini sudah terjadi sejak tahun 1998, setelah warga membangun kandang ayam di pinggir kampung, dan belakangan lalat semakin menggila,” tegasnya.
Kades Babat, Supardi mengaku desanya dalam serangan lalat, pihaknya menduga serangan lalat akibat keberadaan kandang ternak ayam potong milik warga sekitar. Di Desa Babat terdapat 5 kandang ayam antara lain milik Subari, Mustajib, Dirgantara, Reza, dan lainnya.
Kondisi kandang yang berpencar seperti mengepung desa, bila panen ayam datang, lalat mulai berdatangan, lebih mengerikan lagi bila panen bersamaan.
“Saya sudah rembugan kepada pemilik kandang, bagaimana bisa menghilangkan serangan lalat, ternyata upaya itu tidak maksimal, lalat masih menyerang rumah-rumah warga,” ucapnya.
Setelah menerima protes dari warga, Supardi berusaha menyampaikan persoalan itu kepada pemilik kandang, ternyata usahanya tidak menghasilkan. Dirinya juga kebingungan, solusi lalat hilang dengan kandang juga hilang, menurutnya keputusan itu juga kurang bijak.
Supardi meminta dinas terkait segara turun tangan, menghilangkan lalat di desanya. Selama ini dinas terkait selalu mendorong upaya perternak ayam untuk meningkatkan kualitas produksi, seharusnya juga terfikir soal pengolahan kotoran ayam sehingga tidak merugikan warga setempat.
Sebagian warga Desa Babat adalah kurang mampu, sangat mengenaskan bila warga tidak merasakan ayamnya, tapi mendapat lalatnya. Sehari warga menghilangkan lalat dengan menghabiskan empat lem kertas, untuk membeli lem kertas satu lembar Rp 1.500, karena banyak permintaan, sekarang mencapai Rp 2.000 perlembar.
Salah satu pemilik kandang, Subari (54) warga Desa Babat, mengaku penyebab lalat dari kotoran ayam ternaknya. Saat ini dirinya sudah pasrah, beberapa cara sudah dicoba untuk menghilangkan lalat tersebut.
Dari pemasangan paranet di bawa kandang, sampai penyemprotan menggunakan obat anti lalat dan insektisida ternyata tidak memutus populasi lalat. “Saya meminta tolong bidang peternakan Dinas Pertanian namun sampai sekarang belum ada respon,” katanya. (swi/hst)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.