Melongok Kampung Bebek Di Katonsari
HARSEM/SUKMAWIJAYA. Penggemukan bebek merupakan salah satu solusi pendapatan warga. |
Demak-Sebuah kampung di wilayah Dukuh Mahasari Desa Katonsari Kecamatan Demak, akrab disebut RT Bebek atau Kampung Bebek. Lalu bagaimana sebutan Kapung Bebek melekat di Dukuh Mahasari.
Desa Katonsari yang terletak dipusat kota Demak, ternyata banyak menyimpan potensi unggulan. Seperti sebutan kampung bebek ternyata bukan sebuah isapan jepol saja, terbukti di wilayah Dukuh Mahasari hampir separo warganya adalah peternak bebek pedaging (potong).
Hampir semua bebek yang diternak di Dukuh Mahasari mampu mencukupi untuk kebutuhan warung makan bebek goreng di wilayah Demak, bahkan pedagang bebek dari Semarang, Grobogan atau kota lainnya kerap membeli bebek potong dari sana.
Sebagian warga khususnya RT 03 RW 03 Dukuh Mahasari, banyak mengandalkan ternak bebek untuk mencukupi kebutuhan hidup. Mereka berternak bebek ketika hasil tanam dari sawah tadah hujan kurang menjanjikan.
“Untuk modal sebagian saya pinjam dari bank, bila ada gejala perdagangan bebek ke depan sangat laris. Hasil ternak lumayan keuntungan bersih per-ekor sampai Rp 5.000,” kata peternak bebek, Saroni (45) warga Dukuh Mahasari. Lanjutnya, tiga tahun lalu ternaknya pernah terhempas oleh penyakit flu burung, sekarang dia mulai merintis peternakan lagi.
Beruntung ada program pemeritah seperti program nasional (Prona) pensertifikatan masal, sehingga sertifikat rumahnya bisa menjadi jaminan hutang di bank. Pada musim ini, dia mulai beternak 1.500 ekor.
Saroni biasa membeli bibit bebek dari Solo yang baru berusia sehari menetas. Selanjutnya anak bebek berusia 1-7 hari diberinya makan dengan Pur11, usia 7-15 hari diberi makan pur dan nasi aking yang di campur dengan tepung ikan. Sampai umur 40 hari, bebek diberi makan katul, konsentrat dan campuran tepung ikan.
Hal serupa dilakukan oleh peternak lain, Selamet (43) warga Dukuh Mahasari, sudah 4 tahun dirinya merintis ternak bebek, permusim dia biasa berternak 10 ribu-15 ribu ekor. Dan hasil penjualan perseribu ekor bebek potongnya, bisa mendulang keuntungan besih Rp 5 juta sampai Rp 6 juta.
Seperti, bibit bebek dari kota Solo seharga Rp 5 ribu per-ekor, setelah 40-50 hari dirawat menelan biaya Rp 10 ribu per-ekor, laku di jual mencapai Rp 21 ribu per-ekor. Akan lebih untung lagi bila berternak bebek jenis hibrida dengan bibit seharga Rp 8-9 ribu per-ekor setelah panen dibeli seharga Rp 25 ribu per-ekor.
Untuk perawatan bebek dirinya biasa menggunakan metode kesehatan yang biasa dilakukannya, sesekali membeli obat dan vitamin dari toko peternakan.
Keuntungan ternak bebek juga dirasakan oleh Sanamat (45) warga Dukuh Mahasari, sejah dua tahun lalu dia mulai berternak, sekarang sudah merasakan keuntungan untuk biaya hidup dan sekolah kedua anaknya. Rencananya dia juga akan membeli mobil jenis pick-up untuk armada ketika membeli bibit bebek ke luar kota.
Terpisah, Kades Katonsari Supartono mengakui ternak bebek diwilayahnya sangat maju, warga memanfaatkan sebagian lahan sawahnya yang jauh dari pemukiman untuk berternak. Karena ternak bebek pedaging tidak menggunakan air kolam sehingga warga setempat tidak terganggu dengan polusi udara.
Ternak bebek hanya membutuhkan waktu 40-50 hari, lebih berpotensi dengan tanam padi yang membutuhkan waktu 100 hari, “Sebagian peternak bebek diwilayah kami adalah petani, mereka memanfaatkan lahan sawahnya yang kurang produktif untuk lokasi ternak.” Katanya.
Saat ini dari pendataan pihaknya, sudah 20 peternak bebek yang berdiri sebagian lain baru merintis. Selama ini pihaknya mendorong para peternak, seperti membangunkan jalan menuju sawah/kandang dari anggaran dana desa (ADD) atau memberikan referensi ke pihak perbankan ketika peternak mengajukan permohonan pinjaman modal. (swi/hst)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.