Pemilihan Rektor Undip Diwarnai Demo
PEMILIHAN Rektor Undip, kemarin memang cukup menarik untuk diikuti. Dalam proses pemilihan itu, di luar gedung rektorat diwarnai demo berupa aksi diam dari sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa peduli pendidikan. Puluhan mahasiswa itu berdiri di depan ruangan selama berlangsungnya pemungutan suara. (berita terkait di halaman 2) Mahasiswa tidak melakukan orasi layaknya demonstrasi, hanya saja mereka membawa kertas bertuliskan berbagai tuntutan yang diharapkan bisa dipenuhi oleh rektor terpilih. Kertas tersebut antara lain bertuliskan “Jadikan Kampus sebagai Rumah Kedua”, “Pilih Rektor yang Mendukung Kegiatan mahasiswa”, dan beberapa tulisan lainnya.
Selama pemungutan dan perhitungan suara berlangsung oleh para anggota senat, puluhan pendukung dari keempat kandidat yang berasal dari kalangan mahasiwa, dosen, dan karyawan, tampak mengikuti jalannya proses tersebut melalui layar yang telah disediakan panitia. Terdengar tepuk tangan riuh dari puluhan pendukung ketika suara yang diperoleh Prof Sudharto P Hadi terus bertambah.
Sebelumnya, pemaparan visi misi yang disampaikan keempat kandidat pun cukup seru. Perbedaan visi misi dalam memajukan Undip tampak jelas, seperti halnya yang disampaikan Prof Sudharto yang menginginkan program diploma Undip masih tetap ada. Sedangkan incumbent Prof Susilo Wibowo menginginkan program diploma dipisah dari Undip untuk menjadi BLU tersendiri karena membebani universitas.
“Apalagi untuk menuju universitas riset, program diploma ini harus segera dipisah dengan syarat sesudah dipisah justru harus lebih berkembang, bukan malah mati, dan pelan-pelan hal ini harus direncanakan dengan baik,” tandasnya. Penghapusan program diploma tersebut juga tampak dalam visi dan misi Prof Supriharyono.
Perbedaan visi juga tampak terlihat jelas dalam proses transparansi anggaran yang diusulkan Prof Arief Hidayat dan Prof Susilo Wibowo. Dalam pemaparan tersebut, Arief lebih menekankan pada adanya transparansi anggaran dengan adanya timbal balik secara berkesinambungan baik dari universitas ke bawah, maupuan dari bawah ke universitas.
Lain halnya dengan Prof Susilo Wibowo yang mengatakan, visi di atas tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan secara hukum oleh Departemen Keuangan karena Undip merupakan universitas milik pemerintah. “Transparansi anggaran itu harus sesuai dengan aturan yang berlaku, dari Prof Arif itu mungkin baik tapi kan tidak sesuai dengan aturan dan perundangan yang sah. Lha ini orang hukum kok malah mau nabrak hukum,” katanya.
Pemilihan rektor periode ini memang tampak cukup menarik berbagai pihak. Pasalnya terdapat dua kandidat yang diperkirakan cukup kuat untuk bisa menduduki jabatan menjadi orang nomor satu di Undip dan persaingan ini juga pernah terjadi pada pemilihan rektor Undip periode sebelumnya.
Sementara itu salah satu kandidat Prof Arief Hidayat yang ditemui usai penghitungan suara menuturkan, pemilihan rektor inilah demokrasi yang sesungguhnya dalam suasana yang kondusif dan aman.
“Bukan hal kalah atau menang, tapi inilah demokratisasi yang sesungguhnya yang perlu dicontoh
dalam pilkada. Dan saya juga siap untuk mendukung rektor terpilih, yang penting semuanya demi kemajuan Undip,” tuturnya yang mengaku masih berniat untuk mengikuti pilrek periode mendatang.
Hal yang perlu dikoreksi dan membuatnya sedih, ungkap Arief yakni kurangnya audiens ketika penyampaian visi dan misi para calon. “Kalau hasilnya saya sangat puas, hanya sedih waktu pemaparan visimisi audiennya sedikit,” tandasnya sambil tersenyum. (puji - harian semarang)
Selama pemungutan dan perhitungan suara berlangsung oleh para anggota senat, puluhan pendukung dari keempat kandidat yang berasal dari kalangan mahasiwa, dosen, dan karyawan, tampak mengikuti jalannya proses tersebut melalui layar yang telah disediakan panitia. Terdengar tepuk tangan riuh dari puluhan pendukung ketika suara yang diperoleh Prof Sudharto P Hadi terus bertambah.
Sebelumnya, pemaparan visi misi yang disampaikan keempat kandidat pun cukup seru. Perbedaan visi misi dalam memajukan Undip tampak jelas, seperti halnya yang disampaikan Prof Sudharto yang menginginkan program diploma Undip masih tetap ada. Sedangkan incumbent Prof Susilo Wibowo menginginkan program diploma dipisah dari Undip untuk menjadi BLU tersendiri karena membebani universitas.
“Apalagi untuk menuju universitas riset, program diploma ini harus segera dipisah dengan syarat sesudah dipisah justru harus lebih berkembang, bukan malah mati, dan pelan-pelan hal ini harus direncanakan dengan baik,” tandasnya. Penghapusan program diploma tersebut juga tampak dalam visi dan misi Prof Supriharyono.
Perbedaan visi juga tampak terlihat jelas dalam proses transparansi anggaran yang diusulkan Prof Arief Hidayat dan Prof Susilo Wibowo. Dalam pemaparan tersebut, Arief lebih menekankan pada adanya transparansi anggaran dengan adanya timbal balik secara berkesinambungan baik dari universitas ke bawah, maupuan dari bawah ke universitas.
Lain halnya dengan Prof Susilo Wibowo yang mengatakan, visi di atas tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan secara hukum oleh Departemen Keuangan karena Undip merupakan universitas milik pemerintah. “Transparansi anggaran itu harus sesuai dengan aturan yang berlaku, dari Prof Arif itu mungkin baik tapi kan tidak sesuai dengan aturan dan perundangan yang sah. Lha ini orang hukum kok malah mau nabrak hukum,” katanya.
Pemilihan rektor periode ini memang tampak cukup menarik berbagai pihak. Pasalnya terdapat dua kandidat yang diperkirakan cukup kuat untuk bisa menduduki jabatan menjadi orang nomor satu di Undip dan persaingan ini juga pernah terjadi pada pemilihan rektor Undip periode sebelumnya.
Sementara itu salah satu kandidat Prof Arief Hidayat yang ditemui usai penghitungan suara menuturkan, pemilihan rektor inilah demokrasi yang sesungguhnya dalam suasana yang kondusif dan aman.
“Bukan hal kalah atau menang, tapi inilah demokratisasi yang sesungguhnya yang perlu dicontoh
dalam pilkada. Dan saya juga siap untuk mendukung rektor terpilih, yang penting semuanya demi kemajuan Undip,” tuturnya yang mengaku masih berniat untuk mengikuti pilrek periode mendatang.
Hal yang perlu dikoreksi dan membuatnya sedih, ungkap Arief yakni kurangnya audiens ketika penyampaian visi dan misi para calon. “Kalau hasilnya saya sangat puas, hanya sedih waktu pemaparan visimisi audiennya sedikit,” tandasnya sambil tersenyum. (puji - harian semarang)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.