Keluarga Korban Penembakan Berharap Santunan
Sri Wahyuningsih (janda almarhum Gunoko) bersama anaknya yang masih balita |
Oleh Sukma Wijaya
Tewas ditembak di Aceh, Gunoko meninggalkan istri dan anaknya yang masih balita. Belum ada santunan, baik dari pemerintah maupun perusahaan tempatnya bekerja.
KELUARGA Gunoko, korban tewas dalam penembakan di Aceh berharap mendapat santunan. Selama ini mereka menggantungkan nasibnya dari jerih payah korban. Setelah Gunoko meninggal sudah tidak ada lagi tumpuan kehidupan. Sementara FKB (Fraksi Kebangkitan Bangsa) DPRD Demak mendesak Kapolri Jend Timur Pradopo legowo mundur dari jabatannya bila tidak bisa mengungkap kasus tersebut.
Tewas ditembak di Aceh, Gunoko meninggalkan istri dan anaknya yang masih balita. Belum ada santunan, baik dari pemerintah maupun perusahaan tempatnya bekerja.
KELUARGA Gunoko, korban tewas dalam penembakan di Aceh berharap mendapat santunan. Selama ini mereka menggantungkan nasibnya dari jerih payah korban. Setelah Gunoko meninggal sudah tidak ada lagi tumpuan kehidupan. Sementara FKB (Fraksi Kebangkitan Bangsa) DPRD Demak mendesak Kapolri Jend Timur Pradopo legowo mundur dari jabatannya bila tidak bisa mengungkap kasus tersebut.
Bagi istri korban, Sri Wahyuningsih (26), sebelum suaminya meninggal, dia tak berfirasat apa-apa, namun setelah Gunoko pergi untuk selamanya, dirinya bingung harus menggantungkan nasibnya kepada siapa, selain pendengaran yang kurang, dia tak memiliki keahlian apa-apa. "Mau kerja di mana, untuk menghidupi saya dan anak tunggal saya," aku Wahyuningsih kepada Harsem, Senin kemarin (9/1).
Dengan sedikit terisak sambil menggendong anak tunggalnya Andika Pratama Wahyu Eka (3), Wahyuningsih menerima rombongan FKB DPRD Demak yang datang bersama wartawan. Sesekali Andika menangis keras, seperti merasakan kedukaan ibunya. "Kami hadir kesini selaku anggota dewan dari PKB, turut berbela sungkawa," kata Ketua FKB DPRD Demak, Nurul Muttaqin sebelum menyampaikan santunan kepada istri korban.
Lanjutnya, sebagai wakil rakyat pihaknya akan berusaha maksimal membantu terkait soal kematian mendiang, dan siap membantu keluarga korban dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan menyalurkan pekerjaan.
Sementara, adik ipar almarhum, Mustain (30) warga RT 07 RW 03 Dukuh Donoloyo Desa Donorejo-Karangtengah, mengaku kecewa dengan pimpinan tempat korban bekerja. Setelah korban meninggal tidak ada santunan dalam bentuk apapun, ironisnya seluruh proses pemakaman dibebankan kepada keluarga, padahal keluarga korban tergolong miskin. "Gunoko ke Aceh itu bekerja untuk menafkahi keluarganya, bukan lainnya. Kenapa pimpinannya tidak memberikan santunan bagi keluarganya," ungkap Mustain.
Anggota FKB DPRD Demak, Nurullah Yasin meminta Polri mengusut tuntas pelaku penembakan. "Kalau tidak bisa mengungkap kasus ini lebih baik Kapolri diganti," tegas Yasin.
Diberitakan, Gunoko bin Kanan (28) warga RT 07 RW 03 Dukuh Donoloyo Desa Donorejo-Karangtengah adalah korban tewas dalam penembakan di desa Anek Galung kecamatan Kota Makmur, Aceh Besar, Kamis lalu (5/1). Gunoko bersama 20 rekannya ditembaki di mess milik Kepala desa Samahari, Sapuan alias Tokek Sek (Bos Kecil) yang akan membangun ruko (rumah toko) di Desa Anek Galung,
Sedangkan dua temannya yang tertembak, yaitu Saikhul Anas warga Sayung dan Agus Suwikno warga Kebonagung masih dirawat di RS Zainudin Aceh Besar ditunggui oleh 3 teman kerjanya yang selamat. Sedangkan 14 rekan lainnya, bersama mandor Bandio masih dalam perjalanan pulang menuju Demak. Mereka sempat naik Pesawat dan berganti lewat darat di kota Medan. (swi)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.