Kemiskinan Bubarkan Perkawinan
Oleh Moh Ichwan
Kemiskinan telah lama menjadi salah satu penyebab perceraian. Kelemahan ekonomi telah membuat banyak pasutri tercerai berai.
Nina (35), penduduk Gayamsari, telah empat tahun berpisah dari suaminya, sebut saja Nino (40). Ibu dua anak ini merasa tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin semestinya dari sang suami.
Kemiskinan telah lama menjadi salah satu penyebab perceraian. Kelemahan ekonomi telah membuat banyak pasutri tercerai berai.
Nina (35), penduduk Gayamsari, telah empat tahun berpisah dari suaminya, sebut saja Nino (40). Ibu dua anak ini merasa tidak mendapatkan nafkah lahir dan batin semestinya dari sang suami.
Itu terjadi karena Nino mengajak Nina tinggal di rumah orangtuanya. Menumpang jelaslah tidak nyaman. Terlebih bagi Nina sebagai menantu. Perempuan biasanya memang sulit rukun dalam satu rumah. Sebab sifat bawaannya ingin jadi ratu di situ.
Ketika menikah 13 tahun silam, Nino meminta pengertian istrinya, dirinya belum bisa membeli rumah karena hasil kerjanya belumlah cukup. Waktu itu Nina menerima alasan itu, seraya ia selalu mendukung agar suaminya bisa mendapat rezeki yang banyak dan halal.
Rupanya doa mereka belum terkabul. Maklum usaha Nino hanya berjualan makanan di warung kecil di pinggir jalan. Omzet pedagang kakilima mikro seperti dia tentu tidak banyak. Sebatas untuk makan sehari-hari masih cukup. Kadangkala sedikit lebih, itu untuk anak mereka yang lahir satu tahun dan disusul adiknya, empat tahun kemudian. Praktis keluarga dengan dua anak ini masih dalam kondisi kekurangan.
Nino meminta kesabaran istrinya sekali lagi. Dia memohon agar Nina ndableg saja di rumah ibunya. Tak usah membantah atau mutung apabila ibunya ngomel mengingat posisi mereka ngenger pada mertua.
“Ndableg lak wis, Dik. Kalau ibu cerewet, diam saja. Tak usah dimasukkan hati. Yang penting kita bisa ikut makan dan tidur di rumahku ini,“ ujarnya berusaha menenteramkan hati Nina.
Sekian tahun bersabar, Nina merasa bahwa suaminya tak bisa diharapkan beli rumah sendiri. Membangun wisma itu, rasanya masih sangat jauh. Baru cita-cita di angan-angan.
Lama-lama Nina mengusulkan pada suaminya agar nekat keluar dari rumah itu. Mengontrak rumah kecil yang murah atau ngekos satu kamar saja cukup. Yang penting mandiri dan merdeka.
Namun Nino tak setuju. Dia tak berani mengambil keputusan itu. Masih takut dengan bayang-bayang tidak bisa hidup tanpa subsidi orangtua. Tak bisa dielakkan, pertengkaran pun terjadi. Nina tak betah dengan situasi, Nino tak mau keluar dari zona nyaman itu.
Dalam suatu peristiwa, Nino marah karena Nina tidak masak. Istrinya bilang terus terang, tak ada bumbu di rumah. Sementara untuk beli lauk tak ada uang. Cekcok pun terjadi dengan panas. Nino sampai menempeleng istrinya. Hal itu membuat Nina sakit hati bukan kepalang.
Dia lantas menangis keras dan meminta cerai saja. Benar, esoknya Nina datang di Pengadilan Agama untuk mendaftarkan gugatan cerai. ***
Labels
Romantika
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.