Kisah Cinta Sejati Istri
Oleh Donny Winardi
Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa. Hiduplah di sana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.
Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun kedua orangtua Pak Andre sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh, dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orangtua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yg lalu.
Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yang sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai anak. Pak Andre putus asa hingga berniat untuk menceraikan sang istri, meski ia masih mencintai istrinya itu, yang dianggap tak mampu memberikan keturunan. Dengan sangat sedih dan duka mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.
Sambil menahan perasaan tidak menentu, suami istri itu pun menyampaikan rencana perceraia kepada orangtuanya. Orangtuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.
Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya perceraian disetujui dengan syarat perceraian itu diselenggarakan dalam sebuah pesta yang sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu. Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.
Beberapa hari kemudian pesta diselenggarakan. Tentu saja itu adalah pesta yang sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yang hadir. Pak Andre tampak tertekan, dan terus menenggak alcohol sampai sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap airmata di pipinya.
Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,
"Istriku, saat kamu pergi nanti, ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun yang kamu mau!" Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, usai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yang masih berdenyut-denyut. Dia merasa asing dengan keadaan di sekelilingnya, tak banyak yang dikenalnya kecuali satu: Rina istrinya, yang masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya, "Ada di manakah aku? Sepertinya ini bukan kamar kita? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi? Tolong jelaskan."
Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab, "Suamiku, ini di rumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemarin kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yang aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barang pun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu!"
Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.
"Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun ..."
Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya. ***
Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah di pinggiran desa. Hiduplah di sana sepasang suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.
Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak orang biasa. Namun kedua orangtua Pak Andre sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh, dan taat beribadah, Bu Rina juga sudah tidak punya saudara dan orangtua lagi. Mereka semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun yg lalu.
Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan yang sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai anak. Pak Andre putus asa hingga berniat untuk menceraikan sang istri, meski ia masih mencintai istrinya itu, yang dianggap tak mampu memberikan keturunan. Dengan sangat sedih dan duka mendalam, akhirnya Bu Rina pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.
Sambil menahan perasaan tidak menentu, suami istri itu pun menyampaikan rencana perceraia kepada orangtuanya. Orangtuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Bu Rina.
Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya perceraian disetujui dengan syarat perceraian itu diselenggarakan dalam sebuah pesta yang sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu. Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.
Beberapa hari kemudian pesta diselenggarakan. Tentu saja itu adalah pesta yang sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yang hadir. Pak Andre tampak tertekan, dan terus menenggak alcohol sampai sempoyongan. Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali mengusap airmata di pipinya.
Di sela mabuknya itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,
"Istriku, saat kamu pergi nanti, ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun yang kamu mau!" Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, usai pesta, Pak Andre terbangun dengan kepala yang masih berdenyut-denyut. Dia merasa asing dengan keadaan di sekelilingnya, tak banyak yang dikenalnya kecuali satu: Rina istrinya, yang masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya, "Ada di manakah aku? Sepertinya ini bukan kamar kita? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi? Tolong jelaskan."
Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab, "Suamiku, ini di rumah peninggalan orang tuaku, dan mereka itu para tetangga. Kemarin kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yang aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barang pun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat, kamu sudah berjanji dalam pesta itu!"
Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.
"Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun ..."
Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya. ***
Labels
Romantika
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.