Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Kurang Perhatian, Anak Bawa Aib

Oleh Moh Ichwan

“Jangan sampai Anda mengalami seperti saya. Punya jabatan mapan, kehormatan, dan status tinggi di masyarakat, tetapi keluarga berantakan. Apa artinya harta dan segala pernik dunia jika anak-anak saya rusak hidupnya”.
   
Demikian keluh kesah seorang bapak ketika curhat kepada penghulu KUA di luar kantor. Ia, sebut saja FIkri (50) merasa tak berguna lagi hidupnya setelah menghadapi kasus dua anak perempuannya yang membawa aib keluarga.
    
Tak tahu ia harus berbuat apa. Anak pertamanya, sebut saja Bunga (23) pulang membawa janin dalam kandungannya. Tak ada setupun pria yang mau mengaku sebagai penanam benihnya, karena Bunga terlibat skandal dengan banyak lelaki kelas elit.

Pekerjaannya sebagai umbrella girl memang dekat dengan seks bebas dan kriminalitas. Tetapi tak sampai seperti kasus Rani Juliani yang menghebohkan negara itu. Tak mungkin ia mendapat pengakuan dari bos-bos maupun pejabat yang biasa mengencaninya.  Sedangkan mereka punya kuasa membeli apa saja.
Toh, ia telah memilih bekerja sebagai ”obyek pemandangan” para pemain golf atau peserta balapan. Bahkan”bangga” dengan kemolekan tubuhnya, ia justru senang jika dicowel atau dilecehkan secara seksual.
    
Wanita yang malas kuliah lalu keluar jadi model ini menganggap kulit putih mulusnya, semampai tinggi badannya, serta wajah ayunya sebagai kelebihan yang patut disyukuri. Padahal lelaki mengagumi hal itu hanya untuk direnggut sepenuh nafsu birahi.
    
Lalu anak kedua Fikri, sebut saja Kusuma (21), lebih heboh lagi. Selain gonta-ganti pacar, juga doyan mabuk di dunia gemerlap hingga larut malam. Di diskotek, karaoke mesum maupun cafe remang-remang. Namanya terkenal di antara lelaki hidung belang.
    
Belum lama ini Kusuma digropyok warga masyarakat di sebuah kampung. Pasangannya, seorang pria dewasa, dikeler ramai-ramai oleh sang istri bersama warga kampung. Ia memang terbiasa menjalin affair dengan pria tanpa memandang usia.  
    
Fikri kini menyadari, ia terlalu sibuk bekerja sehingga kurang perhatian pada keluarga. Serba salah memang. Jabatannya selaku pimpinan di sebuah kantor  pemerintah, membuatnya harus mengerjakan banyak hal. Seringkali harus pulang malam, dan sering pula ditugaskan ke daerah seberang.
    
Apalagi ia insyaf, kurang ilmu agama. Sehingga tak bisa memberi pendidikan moral bagi anak-anaknya. Jauh dari kesalehan, jauh dari Tuhan. Oleh penghulu yang dia kenal baik itu, ia disarankan sabar seraya banyak membaca istighfar. Peristiwa buruk dari anak-anaknya itu, akibat broken home. Merasa tak mendapat kasih sayang di rumah, mereka mencarinya di luar. Ditambah tiada bekal iman, moralnya jadi tak terkendali. *** 

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous