Penjara Jadi Akademi Kejahatan?
SEMARANG - Secara nyata, jeruji besi atau penjara adalah untuk menempa hukuman kurungan bagi pelaku kejahatan agar kapok dan tidak mengulangi perbuatannya kembali. Namun ternyata, fakta menyebutkan lain, para narapida yang dikurung dalam penjara tak sepenuhnya kapok. Hingga jeruji besi pun tak menimbulkan efek jera.
Bahkan tak sedikit para penjahat justru mengenyam pendidikan kejahatan dari dalam penjara. Pasalnya, mereka justru mengenal lebih luas jaringan dan berbagai modus kejahatan. Bahkan, penjara seperti sebuah akademi penjahat yang mencetak penjahat tersebut lebih handal dari sebelumnya.
"Diakui atau tidak, itu terjadi. Bahkan kekerabatan penjahat saat berada dalam penjara sangat kuat terbentuk. Sehingga mereka seperti lulusan akademi di penjara," ujar Dirreskrimum Polda Jateng Kombes Pol Bambang Rudi Pratiknyo, kemarin.
Menurut Bambang Rudi, solidaritas antar "alumnus" penjara mempunyai ikatan kuat. Mereka saling membantu dalam hal apapun. Persoalan ekonomi setelah mereka berpencar di daerahnya masing-masing menjadi faktor kuat untuk saling membantu.
"Ada yang belum dapat pekerjaan, kesulitan dalam kebutuhan primer sehari-hari seperti menyekolahkan anak dan lain-lain membuat mereka berkomunikasi kembali. Apa yang dilakukan setelah itu? Ya beraksi kembali," ungkap Bambang.
Para penjahat itu kemudian saling bertukar informasi melalui tekhnologi. Jadi kelompok-kelompok baru sebagaimana kasus perampokan yang terjadi di sejumlah tempat di Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. "Mereka tidak ada pimpinan, idenya bersama-sama atas dasar kebutuhan," katanya.
Jaringan baru tersebut tentunya bukan hanya kelompok sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang sebelumnya mempunyai sejarah kejahatan perampokan. "Mereka juga mempunyai latar belakang masing-masing dengan segala pengetahuannya. Bahkan menguasai seluk beluk kejahatan mulai membaca peta dan target sasaran, hingga kemana barang hasil perampokan akan dijual," terangnya.
Pandai Baca Peluang
Mereka bukan penjahat pemula yang asal beraksi. Dengan memanfaat ilmu teknologi internet, kelompok penjahat yang besar dari dalam penjara tersebut sangat pandai membaca peluang.
Masing-masing jaringan ada yang bertugas membaca peta sasaran di daerah. Misalkan saja toko emas, sejak mulai buka-tutup jam berapa. Karyawan pria, wanita dan petugas keamanannya berapa, mereka telah mengantongi. "Data-data tersebut bisa unggah ke internet melalui situs khusus, kemudian didiskusikan atau dibaca oleh jaringannya yang lain," katanya.
Daerah sasaran bisa di mana saja, di mana jaringan itu tersebar di lintas provinsi. "Mereka juga dilengkapi senjata untuk beraksi. Bahkan di antara pelaku ada yang menyediakannya. Senjata api disewakan dengan harga Rp 10 juta untuk setiap kali beraksi," tandasnya. (abdul mughis/12)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.