Cegah Longsor, Warga Tanam Pohon Keras

LONGSOR: Salah satu sudut perumahan Bumi Manyaran Permai (BMP) yang mengalami longsor. (HARSEM/DOK)

SADENG-Untuk mengantisipasi longsor, warga di wilayah RT 07 RW 07 Kelurahan Sadeng Kecamatan Gunungpati menanam pohon keras. Pohon keras ditanam sebagai penahan longsor. Wilayah Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) memang kerap dilanda longsor.

“Upaya dilakukan untuk memperkuat tanah. Salah satunya dengan menanam tanaman keras seperti pohon jati, sengon atau bambu," ungkap salah seorang warga RT 07 RW 05 Ron Sundjoko.

Lebih lanjut Ron mengatakan, kondisi tanah yang labil membuat rumah menjadi retak-retak dan longsor. Tidak hanya itu akibat labilnya tanah membuat ratusan rumah hilang serta ditinggalkan oleh pengghuninya.

“Jika ditanami dengan pohon keras tentunya dapat mengurangi terjadinya longsor karena tertahan oleh pohon tersebut,” katanya.

Ron menambahkan, selain dilakukan penanaman pohon, warga juga  membuat drainase dan bak kontrol agar air bisa lancar menuju pembuangan. Mengenai dana, dibantu oleh BKM Kelurahan Sadeng dan swadaya masyarakat.

“Kalau tidak dibuatkan drainase, air akan masuk di sela-sela dan membuat tanah menjadi longsor,” katanya.

Dengan kondisi ini, lanjut Ron, warga hanya pasrah banyak warga yang keluar dari BMP kemudian memilih kontrak karena rumahnya tidak bisa dihuni lagi. “Daripada menghuni rumah BMP yang membahayakan ada yang memilih kontrak. Banyak warga yang memilih kontrak dan tidur di mes pabrik,” katanya.

Dikatakan, terkait dengan tanah yang rawan longsor di BMP, pihak provinsi telah memasang alat pemantau pergerakan tanah, namun fungsinya tak jelas. “Padahal kalau malam hari dan terjadi pergerakan tanah maka suara akan terdengar sehingga menakutkan warga,” katanya.

Ron mengaku rumah yang selama ini dihuni telah mengalami penurunan sampai 1,5 meter. Akibatnya beberapa ruang di rumahnya retak-retak dan kondisinya miring. “Penurunan itu mengakibatkan beberapa ruang menjadi retak bahkan sambungan cor patah seperti ruang dapur,” katanya.

Selain rumahnya, beberapa rumah milik tetangganya juga ikut longsor dan retak-retak. “Banyak rumah yang ditinggalkan pemiliknya,” ungkapnya.

Kali Kreo

Menurut Buletin Cipta Karya, Perumahan Bukit Manyaran Permai (BMP) memiliki ketinggian sekitar 300 m dpl. Kelurahan yang dilintasi daerah aliran sungai (DAS) Kali Kreo dan memiliki kelerengan sekitar 30%.

Secara fisik, struktur tanah di lokasi ini merupakan tanah hasil lapukan yang dikenal dengan formasi Damar. Secara teori, jenis tanah ini termasuk dalam kategori yang rawan gerakan tanah. Gerakan tanah dipicu berbagai faktor antara lain infiltrasi air ke dalam lereng, getaran, dan aktivitas manusia.

Lokasi perumahan tersebut terdapat Sungai Kreo yang melintasi bagian utara perumahan.
Sungai tersebut semula lurus, namun karena ada pergerakan tanah longsor, menjadi berbelok. Aliran air dari muara secara perlahan menggerus tanah yang berbatasan dengan lokasi perumahan, sehingga menimbulkan longsor dengan tipe rotasi atau setengah rotasi.

Akibat longsor yang beberapa kali terjadi, saluran drainase yang semula dibangun dengan sistem pipa ke sungai, jebol. Ini semakin memperparah sistem drainase, karena air hujan masuk ke dalam tanah yang labil sehingga frekuensi gerakan tanah makin tinggi. (wam/16)

Newer Post Older Post