Syngenta Tingkatkan Produktifitas Padi
HASIL BEDA: Toto Nurdianto dan Marsudi (kiri) menunjukan perbedaan kualitas hasil gabah syngenta dengan konvensional (tradisional). (HARSEM/SUKMA WIJAYA) |
DEMAK- PT Syngenta Indonesia melakukan uji coba tanam padi di Demak baru-baru ini. Hasilnya, produktifitas meningkat hingga 30 persen lebih.
Sengaja uji coba dilakukan di wilayah Desa Kuwu Kecamatan Dempet. Menurut Rice Crops Manager PT Syngenta Indonesia Marsudi, pihaknya sengaja menempatkan Syngeta Learning Centre (SLC) atau pusat penelitian dipersawahan Desa Kuwu karena wilayah tersebut rentan dengan serangan hama wereng.
SLC melakukan uji coba dengan empet tahap atau fase tanam padi dengan pembanding sistem tanam konvensional, meliputi fase pembibitan, fase anakan, fase bunting, dan fase menjelang tanam.
“Seluruh perlakuan sama hasilnya, dengan teknologi Syngenta tahan dari wereng, namun sistem konvensional sebagian bibitnya rusak karena wereng,” ujarnya. Hasilnya dari 7 ton perhektar mampu meningkat sampai 10 ton gabah perhektar.
Secara teori produksi gabah mampu mencapai 25 ton perhektar. Asalkan tepat pupuk, obat, tanah subur, dan air terjaga. Kondisi bibit yang sehat ini akan menunjukan produktifitas padi lebih meningkat. Diakui oleh Regional Sales Manager PT Syngenta indonesia Toto Nurdianto, harga obat cruiser dan virtako dalam perawatan empat fase tersebut sedikit mahal.
“Namun bila dibanding dengan sisten tanam konvensional yang selalu membeli obat, dan sistem syngenta hanya dua kali memberi obat serta terjadwal, tidak seberapa dengan produktifitas gabah,” kata Toto Nurdianto.
Rabu kamarin (6/6) hasil tehnologi syngeta dipamerkan. Puluhan petani dari sejumlah kabupaten di Jateng diundang dalam ekspo Syngeta Learning Centre dipersawahan Desa Kuwu.
Dalam ekspo petani mendapat tambahan pemahaman soal pengembiakan padi supaya tumbuh bagus, tahan hama serta memiliki bulir beras mengkilat dan padat.
Beberapa petani luar daerah mengaku cukup dipusingkan persoalan hama sehingga berkeinginan datang di Demak. “Jepara sering terserang hama sundep belok,” ungkap Rifai (62) petani asal Kecamatan Pecangaan Jepara.
Petani asal Kabupaten Pati, Rosadi (43) mengakui hama menjadi kekhawatiran utama bagi petani. “Ya ulat, tikus, serta wereng,” ungkapnya. Somad (42) petani asal Bonang mengutarakan panen musim tanam (MT) II diwarnai persoalan hama. (swi/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.