Diserang Hama, Petani Tembakau Urung ‘Lebaran’
HARSEM/SUKMA WIJAYA SERANGAN ULAT: Petani memilah daun tembakau berusaha mencari ulat jengkal palsu hijau atau hyposidra sp. |
DEMAK-Tahun ini diperkirakan pasokan tembakau meningkat. Setelah erupsi Merapi reda, petani di kawasan itu mulai menanam tembakau. Di sisi lain, tanaman tembakau di Demak justru terserang ulat jengkal dan daun keriting.
Bidang Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian Demak mencatat, luas areal tanam tembakau mencapai 4.062 hektar. Tersebar di tiga kecamatan, yaitu Mranggen 1.467 hektar, Karangawen 2.195 hektar, dan Guntur 400 hektar.
Lusa tanam tembakau bertambah karena petani beralih dari jagung yang kerap terserang tikus. Apalagi tahun lalu tembakau Demak sempat jadi primadona pabrikan. Harganya melambung sampai Rp 48 ribu per kilogram. Hal ini mendorong petani lain mencoba mengadu nasib.
Petani beralih menaman tembakau dengan alasan tanaman tersebut kebal tikus, sekaligus harga jualnya menjanjikan.
Menurut Kabid Perkebunan dan Kehutanan, Made Sutapa, tahun ini petani tembakau Demak dihadapkan dengan persaingan kualitas. Karena beberapa daerah seperti Boyolali, Klaten, Temanggung, atau Wonosobo sudah mulai menanam tembakau.
Padahal tembakau dari daerah tersebut cukup berkualitas dan mampu menimbulkan fluktuasi harga. “Untuk bersaing, petani Demak harus meningkatkan hasil dan kualitas produksi,” jelas Made, kemarin.
Diberitakan, sejumlah petani masih dipusingkan dengan serangan ulat jengkal palsu hijau atau hyposidra sp. Ulat ini memakan daun tembakau yang bisa mempengaruhi kualitas produksi sehingga harga jual menurun.
“Walau tak hujan, kami harus sering meneliti daun tembakau yang kami tanam. Kami harus mewaspadai munculnya serangan ulat jengkal,” ungkap Zaeroh (50) warga Desa Sumberejo Mranggen, kemarin.
Kendati luasan penyerangan masih sempit, namun dia dan suaminya, Turiman (34) dan petani lain mewaspadai datangnya ulat yang selalu memakan daun ini.
Ulat jengkal biasa menyerang daun tembakau saat menjelang sore atau waktu Maghrib. Hama ini biasa memakan daun muda hingga berlubang. Untuk mengantisipasi, areal pertanian harus dijaga kebersihannya atau pengendalian secara serentak dengan obat merek Atabron.
Ketua Asosiasi Pedagang Tembakau Indoensia (APTI) Demak, Supriyadi mengakui adanya serangan ulat, namun hanya menyerang sebagian kecil. “Ulat masih bisa kami bersihkan, sehingga produktivitas tembakau Demak masih bagus,” katanya.
Musim tanam ini, belum semua tembakau cukup umur untuk dipanen. Artinya, bisa jadi Lebaran bagi petani petani ‘diundur’, berbeda dengan umat lainnya. (swi/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.