Pusat Oleh-oleh Diserbu Pemudik
SEMARANG-Pada puncak arus balik yang terjadi pada Sabtu (25/8) dan Minggu (26/8), beberapa pusat oleh-oleh di Kota Semarang dibanjiri para pemudik. Terutama di Jalan Pandanaran, di mana lokasi itu menjadi jujukan para pemudik yang hendak balik ke daerahnya masing-masing.
Kepadatan kendaraan terlihat di sana. Puluhan mobil dan motor dari berbagai kota nampak terparkir memenuhi kawasan tersebut. Hampir semua toko dipadati ratusan pembeli, rata-rata mereka mencari jajanan kuliner khas Kota Semarang seperti bandeng presto, lunpia, wingko babat dan ganjel rel.
Salah satu pengunjung pusat oleh-oleh, Panji Agung (30) mengatakan, keramaian pengunjung memang membuat dia kewalahan untuk mencari jajanan yang akan dibeli. Pria yang datang bersama keluarganya ini, ingin mencari lunpia dan bandeng presto untuk dibawa ke Bandung.
"Hanya beli lima paket bandeng dan makanan lainnya. Antrean pembeli cukup banyak, sehingga sedikit merepotkan saat memilih," katanya.
Panji Agung mengaku, sengaja untuk pulang hari Sabtu karena ingin libur lebih panjang. Apalagi pemilik usaha foto copy di Bandung ini memilih untuk membuka usahanya Senin (27/8). "Anak-anak juga ingin libur lebih panjang di rumah neneknya. Jadi kami sekeluarga memilih pulang Sabtu. Sebelum pulang, ada pesanan oleh-oleh yang harus saya beli," paparnya.
Tak jauh beda dengan Susanti (40), ibu rumah tangga yang mampir untuk mencari bandeng presto dan wingko babat. Oleh-oleh yang dia beli, rencananya akan dibagikan kepada rekan atau keluarga yang ada di Jakarta.
"Sebenarnya mau beli banyak, tapi mobil sudah penuh. Terpaksa hanya beli beberapa paket saja," ujar dia.
Sementara Rekso Hartoyo, pemilik usaha Lunpia Semarang, terpaksa harus turun tangan melayani pembeli karena pegawainya kewalahan. Khusus Lebaran kali ini, dia menghabiskan sekitar dua hingga tiga kwintal rebung dan 2.000 kulit lunpia dalam sehari. "Satu hari terjual kira-kira 2.000 lunpia dengan harga satuan Rp 10 ribu. Jadi keuntungannya lumayan," terang Rekso.
Banyaknya orang yang berburu oleh-oleh di Jl Pandanaran, memang meningkat beberapa kali lipat dari hari biasa. Arif Kusmadi, pemilik sekaligus pengelola Toko Bandeng Juwana harus memberlakukan sistem nomer urut agar transaksi jual beli bisa teratur. "Sistem nomor urut diberlakukan agar pelayanan lebih kondusif," terang Arif.
Kawasan pusat oleh-oleh Semarang, menurutnya mulai kebanjiran pembeli sejak seminggu sebelum puasa. Sabtu dan Minggu menjadi puncak kepadatan pemudik yang akan mencari oleh-oleh.(H71,H35/JBSM/12)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.