Warga Tuntut Pabrik Karet Ditutup
DEMO: Ratusan warga berdemo menuntut pabrik pengolahan karet mentah ditutup. (HARSEM/SUKMA WIJAYA) |
DEMAK-Warga Batu Kecamatan Karangtengah sudah berkali-kali mengeluhkan bau tak sedap dari pabrik pengolahan karet mentah PT Bernike Multi Ruber. Karena tak ada penanganan serius, warga menuntut pabrik ditutup.
Jumat kemarin (24/8) warga mendesak penghentian aktivitas pabrik.. Protes berlangsung cukup kisruh. Beberapa warga berteriak-teriak menanyakan janji pemilik pabrik karet yang akan menghilangkan bau tak sedap.
‘’Bau limbah pabrik membuat warga tak tahan berlama-lama di rumah. Katanya pabrik akan menghilangkan bau kenapa masih ada bau limbah karet menganggu kami,” kata Ahmad Slamet warga Desa Batu.
Aksi warga dilakukan setelah shalat Jumat. Warga sempat lepas kendali, seseorang dari kerumunan pendemo sempat memecah kaca jendela dan pot bunga. Beruntung aparat Polsek dan Korami segera datang, sehingga kekisruhan tak bertambah luas
Tokoh pemuda setempat, Munazirin menuntut pabrik karet segera dihentikan, karena bau limbah yang dihirup warga sedemikian menyengat. Bau itu muncul setiap saat
Ditutup
Dengan pengawalan TNI dan polisi, pemilik PT Bernike Multi Ruber, Edi Loe bersedia berdialog dengan perwakilan pendemo. Pembicaraan mereka sempat alot, warga menyampaikan persoalan bau menyengat sementara pihak perusahaan tak mengakui.
Ditutup
Dengan pengawalan TNI dan polisi, pemilik PT Bernike Multi Ruber, Edi Loe bersedia berdialog dengan perwakilan pendemo. Pembicaraan mereka sempat alot, warga menyampaikan persoalan bau menyengat sementara pihak perusahaan tak mengakui.
Dialog disaksikan Kapolsek AKP R Arsadhi K Safrianto serta Danramil Kapt Heri akhirnya dicapai titik temu. Edi mengakui bersedia bertanggung jawab penuh atas bau tak sedap yang muncul dari lingkungan pabrik.
“Kami sudah pernah menyemprotkan bahan kimia sejenis cairan asap untuk menghilangkan bau, namun belum mempan,” ungkap Edi. Selain itu pihaknya sudah mengolah keberadaan limbah cair sebaik mungkin agar tak bocor mencemari lingkungan.
Dengan beberapa pertimbangan, dia bersedia menghentikan semua aktifitas produksi dan menutup pabrik. Namun saat seorang warga meminta kesepakatan itu dituangkan di atas kertas perjanjian bermeterai, Edi menolak. “Sekali sudah berjanji saya tidak mungkin mengingkari,” tegas Edi.
Seusai dialog dengan kesepakatan pabrik ditutup, ratusan warga di halaman bersorak gembira. Bahkan ada yang sujud syukur sebagai ungkapan rasa kegembiraannya. Kemudian warga membubarkan diri. (swi/16)
Post A Comment
No comments :
Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.