Dua Tahun Hidup di Kubangan Rob

Foto : Suwarni di depan rumahnya, atau karang taruna kota dan provinsi meninjau lokasi bedah rumah, (HARSEM/WARA MERDEKAWATI)

BANDARHARJO-Di tengah musim kemarau seperti ini, rupanya masih saja ada rumah warga yang terendam air rob. Suwarni (60), warga Gisikrejo RT 06 RW 01 Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara ini sudah dua tahun terakhir ini rumahnya digenangi air.

Bukan karena banjir, air tersebut merupakan air rob yang masuk ke dalam rumahnya tetapi tidak bisa mengalir, sehingga kesehariannya di dalam rumah tergenang. Padahal lingkungan di sekitarnya kering tidak air yang tergenang. Alhasil, janda dua anak ini terpaksa menggunakan sepatu boot apabila di dalam rumah.
Suwarni mengaku, rumahnya tergenang air rob sejak dua tahun terakhir ini. “Saya tinggal di sini sudah enam tahun, tetapi dua tahun terakhir kondisi rumah digenangi air rob. makanya kalau di rumah saya pakai sepatu boot,” ungkap perempuan asal Klaten yang merantau ke Semarang untuk mencari nafkah.

Rumah Suwarni memang terlihat lebih rendah dibandingkan dengan rumah yang berada di sebelahnya. Bahkan jalan depan rumah Suwarni juga sudah tinggi. Karena keterbatasan biaya perempuan yang kesehariannya berjualan pecel ini belum mampu meninggikan rumah, sehingga jika rob air pasti masuk ke dalam rumahnya.

Dikatakan, meskipun musim kemarau, tetapi air tetap saja menggenangi seluruh bagian dalam rumahnya. Ketinggian air siang itu mencapai 50 cm, bahkan dua hari yang lalu ketinggian air mencapai 70 cm. Suwarni mengaku selalu was-was apabila sudah masuk musim penghujan, selain air yang dipastikan akan semakin tinggi, dirinya juga mengkhawatirkan kondisi bangunan rumah.

“Kalau hujan malah bikin susah, karena air di dalam rumah jadi semakin tinggi. Pernah saya ngungsi ke rumah tetangga depan rumah,” ungkapnya.

Suwarni yang tinggal sendirian itu, mengaku pasrah dengan kondisinya. Dirinya pun telah berusaha dengan meminta buruh untuk menguras air yang ada di dalamnya. Setiap menguras dirinya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 10 ribu sampai 15 ribu. “Lama-lama saya tidak kuat dananya akhirnya sekarang tidak pernah dikuras lagi,” ujarnya.

Dengan kondisi itu, Suwarni mengaku merasa terganggu tetapi dirinya hanya bisa bertahan karena keterbatasan biaya yang tidak bisa untuk membeli rumah yang baru. Air yang kotor dan bau itu menjadi pemandangan sehari-hari.

“Untuk mengurangi bau, biasanya saya masukan pengharum. Kadang juga minyak tanah biar tidak ada nyamuk di dalam rumah,” terangnya.

Bantuan Rehab
Namun, beberapa hari kedepan Suwarni mungkin bisa bernapas lega, karena dirinya mendapat bantuan rehab rumah dari Karang Taruna Provinsi Jateng. Rumah milik Suwarni dipilih, karena memang rumah yang tidak layak yang ada di wilayah RT 06 RW 01.

“Saya bersyukur masih ada yang mau memperhatikan orang yang tidak mampu seperti saya. Saya senang apabila rumah ini bisa diperbaiki, karena ini rumah satu-satunya tempat saya tinggal,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Karang Taruna Provinsi Afroni mengatakan, bedah rumah memang menjadi salah satu program Karang taruna Provinsi. Melalui kegiatan ini, karang taruna mencoba menjalankan tugas dan fungsinya untuk membantu masyarakat yang kurang mampu.

“Sebagai bentuk pengabdian karang taruna kepada masyarakat. Kita menyondingkan program ini dengan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan CSR, salah satunya Jamsostek yang dialokasikan untuk bedah rumah,” katanya.

Dikatakan, bantuan bedah rumah ini diberikan untuk rumah yang ada di wilayah Bandarharjo. Tiap rumahnya mendapatkan bantuan senilai Rp 10 juta. (wam/17)

Newer Post Older Post