RATUSAN SOPIR DEMO *Tolak Kenaikan Retribusi Masuk Terminal

(HARSEM/INDRA PRABAWA)
DEMO RESTRIBUSI: Puluhan sopir dan awak bus mogok melakukan demo terkait kenaikan restribusi Terminal Mangkang, Senin (1/10). Mereka menolak kenaikan sebesar 300 % karena tidak optimalnya pengoprasian terminal. Dalam aksi tersebut ratusan penumpang sempat telantar. 

 KENAIKAN tarif retribusi masuk terminal sebesar 300%, ditolak ratusan sopir. Kemarin para sopir mogok kerja dan melanjutkan aksi ke kantor DPRD. Jawaban dari Dewan justru dianggap mengecewakan.

TARIF retribusi masuk Terminakl mangkan dari Rp 500 menjadi Rp 1.500 hingga Rp 2.000 mulai diberlakukan Senin (1/10) kemarin. Di saat yang sama, kebijakan tersebut ditolak ratusan sopir angkutan umum di Kota Semarang dengan mengadakan demo di Terminal Mangkang.

Kenaikan tarif retribusi ini menyulut emosi para kru angkutan umum. Salah satu sopir bus jurusan Mangkang-Terboyo, Agung Wahyudi mengatakan, kenaikan tarif retribusi tersebut sangat memberatkan. Sebab, akan mengurangi pemasukan para sopir angkutan umum.

Sebelum diberlakukannya kenaikan tarif retribusi ini, para sopir angkutan umum hanya perlu membayar retribusi sebesar Rp 500 sekali masuk terminal. Dalam sehari, para sopir tersebut biasanya masuk ke beberapa terminal sebanyak 3-7 kali. Mereka biasanya mengeluarkan uang minimal sebesar Rp 1.500 per hari. “Tapi karena kenaikan ini, kami jadi harus bayar Rp 1.500 sampai Rp 2.500 per masuk terminal. 

Sehari kami bisa sampai 7 kali masuk terminal. Jadi kalau ditotal kami bayar retribusi aja sudah habis Rp 15 ribu,” beber Agung bersama teman-temannya saat demo kemarin.

Sebelumnya, para sopir angkutan umum juga diminta untuk membayar uang parkir dan keamanan hingga mencapai Rp 12.500 per hari. “Kalau dalam sehari kami harus keluar Rp 27.500 di luar setoran dan biaya bensin, lalu kami makan dari mana? Sehari saja kami paling hanya dapat pemasukan bersih Rp 30 ribu-Rp 40 ribu,” imbuhnya.

Koordinator Serikat Pekerja Transportasi Indonesia (SPTI) Terminal Mangkang, Erwin Pasulley menilai, Dishubkominfo Kota Semarang mengorbankan para sopir angkutan umum demi menutup kekurangan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor parkir tepi jalan umum.

“Dalam selebaran yang kami terima, mereka mengatakan bahwa kenaikan ini untuk peningkatan PAD. Karena mereka tidak bisa mengelola parkir di Semarang, lalu kami yang dikorbankan untuk menutup target itu,” katanya.

Kepala Bagian Tata Usaha Terminal Mangkang, Rumadi, yang menemui awak bus mengatakan, tidak ada penumpang bus yang telantar dengan adanya demo ini. Ia mengatakan, pihaknya sudah menyediakan angkutan alternatif yang siap mengangkut penumpang.

“Tidak semuanya mogok. Yang demo hanya perwakilan pengurus. Yang anggota, tetap bekerja seperti biasa. Kami juga menyediakan angkutan alternatif untuk menampung penumpang. Jadi tidak ada penumpang yang telantar,” ujarnya.

Usai melakukan orasi di Terminal Mangkang, awak bus melanjutkan aksinya ke DPRD Kota Semarang. Di sana mereka disambut beberapa anggota Komisi C DPRD. Ketua Komisi C DPRD Kota Semarang Wiwin Subiono, meminta awak bus memberikan tuntutan tertulis ke pemkot.

Komisi C juga siap menjembatani masalah ini. “Tapi kalau soal kenaikan retribusi, Perda sudah disyahkan atas persetujuan eksekutif maupun legislatif. Jadi tidak bisa diubah, kecuali ada putusan dari Mahkamah Konstitusi,” kata Wiwin. (lif/12)

Newer Post Older Post