Berita

[Berita][bleft]

Artikel

[Ekonomi][twocolumns]

Guru Tak Kompeten Sertifikasi Guru Dipertanyakan

GEMAR MEMBACA : Dalam Seminar ‘Gerakan Indonesia Membaca’ Ketua Umum IGI Satria Dharma mengimbau agar membaca menjadi budaya para guru

DEMAK-Pemerintah sudah mendorong peningkatan kesejahteraan guru melalui sertifikasi, namun sebagian guru justru belum bisa meningkatkan mutu sistem mengajarnya. Sehingga muncul pertanyaan apakah sertifikasi dari guru terkait, hanya akal-akalan saja untuk meningkatkan pendapatannya.

Menurut Ketua Umum IGI (Ikatan Guru Indonesia) Satria Dharma, turunnya sertifikasi guru merupakan dorongan bagi guru untuk meningkatkan mutu mengajarnya. Lebih penting lagi peningkatan ini harus atas dorongan dari diri sang guru, maka akan terjadi kompetensi yang sebenarnya.

“Sertifikasi guru tersebut dipertanyakan, apakah hanya akal-akalan saja, sehingga tak muncul kompetensi yang sebenarnya,” kata Satria sesaat setelah menjadi narasumber dalam Seminar ‘Gerakan Indonesia Membaca’ di gedung DPRD Demak, kemarin.

Tambahnya, kalau di IGI terus memberikan pelatihan kepada para guru, agar guru benar-benar meningkatkan kompetensi dari dalam dirinya sendiri. Bila kompetensi tak muncul dari diri seorang guru, maka percuma saja pemerintah menambah kesejahteraan seorang guru. Malah guru terbawa arus untuk lebih menambah kekayaannya, seperti justru berbisnis jual beli LKS (lembar Kegiatan Siswa).

Disamping itu, guru belum mampu melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Dari hal ini masih dijumpai sebagian guru belum mampu ber-KTSP.

Guru tak bisa ber-KTSP, karena kurang trampil dan tidak inovatif, sehingga masih mudah ‘disetir’ oleh pemerintah. “Memang dimana-mana mutu pendidikan tergantung kepada gurunya, mau kurikulumnya dibolak-balik kalau memang gurunya gak iso yo gak iso. Kalau mau gurunya mampu ya harus banyak berlatih,” tegasnya.

Seperti upaya pemerintah mendukung peningkatan mutu pendidikan dengan kedisiplinan tertentu, bagi Satria hal itu tak perlu dilakukan, justru akan melahirkan sistem birokratif dan administratif. Sebetulnya upaya di kelas itulah yang penting, dan kepala sekolah harus bisa memahami proses pendidikan, bagaimana mengajar yang baik, sehingga bisa mengatur dan mendorong gurunya untuk meningkatkan mutu ajar.

Sistem pendidikan kompetitif dipandang sudah kuno, kata Satria, hal ini malah menjadi hambatan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Di negara-negara maju sudah banyak menerapkan kerja sama. Seperti kinerja Dewan Pendidikan di daerah yang bersifat membantu dalam peningkatan mutu pendidikan, lembaga ini merupakan mitra, jangan dianggap ‘ngrecokin’. “Jangan dibawa dunia pendidikan seperti zamannya Ken Arok, yang selalu ada upaya saling menjegal,” tegas Satria.

Ditanya IGI merupakan pesaing dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Satria tak menggubrisnya, justru dia berpikir bagaimana berlomba-lomba membuat kebaikan dalam era pembangunan ini. (swi/15)


Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :

Silahkan tulis komentar, saran dan kritik anda di bawah ini!
Terima kasih atas kunjungannya, semoga silaturrahim ini membawa berkah dan manfaat untuk kita semua, dan semoga harsem makin maju dan sukses selalu. amin.


Desakundi

[Desakundi][threecolumns]

Pendidikan

[Pendidikan][list]

Ekonomi

[Ekonomi][grids]

Politik

[Politik][bsummary]

Oase

[Oase][threecolumns]
Create gif animations. Loogix.com. Animated avatars. Animated avatar. Motley Animated avatar. Gif animator. Animated avatar. Gif animator. Zoom Gif animator. Motley Create gif animations. Zoom Animated avatar. Movie Create gif animations. Gif animator. Zoom Animated avatar. Loogix.com. Animated avatars. Negative Animated avatar. Zoom Rumah Zakat Animated avatar. Negative Babyface, Harian Semarang liquid executive club, tonitok rendezvous