Ketua BKM Bima Sakti Lapor Polisi -Dugaan Mark Up Pembelian Barang

LAPOR POLISI: Ketua BKM Bima Sakti Kelurahan Kuripan, Purwodadi, Purwadi (kanan) melaporkan soal dugaan mark up anggaran pembelanjaan dua program pemerintah yang dilakukan oleh pengelolanya 

GROBOGAN- Ketua Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Bima Sakti Kelurahan Kuripan, Kecamatan Purwodadi, Purwadi (55), warga Jalan Getas Pendowo, Purwodadi, mendatangi Mapolres Grobogan, Selasa (27/11). Tujuannya melaporkan dugaan mark up nota pembelian barang untuk dua kegiatan program bantuan dari pemerintah yaitu bantuan peralatan Posyandu dan traktor.

Terkait program bantuan peralatan Posyandu Kenanga, Purwadi melaporkan Bidan Kelurahan setempat, Asniti dan Ketua Unit Pengelola Sosial (UPS) Kuripan, Wartejo. Sedangkan untuk dugaan mark up pembelian traktor adalah ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Kiwi, Kiswoto, warga Majenang, serta Mujianto dan Warsito, warga Kuripan.

“Penyimpangan bantuan peralatan Posyandu tahun 2012 Kelurahan Kuripan yaitu dengan melakukan mark up pada nota pembelian peralatan seperti timbangan dacin, timbangan injak, dan sarung timbangan masing-masing berjumlah 11 unit yang diberikan kepada 11 ketua RW se-Kelurahan Kuripan,” kata Purwadi kepada polisi.

Ditambahkannya, besaran mark up pada nota pembelian barang berbeda-beda. Untuk timbangan dacin, pada nota pembelian tertulis harga satu unit Rp 475.000. Padahal, harga di pasaran sebesar Rp 315.000. Sedangkan timbangan injak, harga pasaran Rp 60.000 namun tertulis Rp 110.000 per barang di nota.

“Total mark up-nya Rp 2.310.000. memang kelihatannya bukan jumlah  yang banyak, namun karena program ini berkaitan dengan masyarakat, maka harus diluruskan,” terangnya.

Kemudian untuk pembelian tiga unit traktor, Purwadi mengatakan, pihaknya menduga terjadi mark up sebesar Rp 6,7 juta, dari nota pembelian yang dilakukan oleh KSM Kiwi sebesar Rp 64,3 juta.

“Mana ada uang bentuknya pecahan koma. Setelah saya hitung ternyata harga per traktor Rp 21.433.333,33 padahal harganya hanya Rp 19,2 juta,” jelasnya.

Merasa Dijebak
Menanggapi laporan itu, anggota Unit III Satreskrim Polres Grobogan, Briptu Khamdani menyatakan  akan menindaklanjuti laporan dan segera melakukan pemanggilan terlapor dan saksi untuk dimintai keterangan.

Saat dimintai konfirmasi terkait laporan mark up pembelian peralatan posyandu, baik Asniti maupun Wartejo menyangkal tuduhan tersebut. Wartejo mengatakan tidak mengetahui besaran dana bantuan yang diterima untuk keperluan posyandu. “Kami itu dijebak karena dari KSM Kenanga tidak pernah meminta bantuan untuk pembelian timbangan. Kami mendapat bantuan itu sudah berupa barang dari BKM Bima Sakti,” tegas Wartejo.

Sementara itu Ketua KSM Kiwi, Kiswoto, juga menyangkal tuduhan Purwadi. Pasalnya, saat melakukan pembelian traktor dilakukan bersama-sama. Namun, saat melakukan pembayaran traktor di toko, dirinya mengaku sedang berada di gudang dan melihat-lihat barang. “Saya tidak tahu nota dan harganya berapa. Saya hanya mengantarkan saja. Yang melakukan pembayaran itu adalah bendahara,” terang Kiswoto.

Semua nama yang telah dilaporkan Purwadi mengatakan mereka telah ditipu oleh oknum dari BKM Bima Sakti. Mereka menegaskan bahwa akan memberikan keterangan sejelas mungkin saat dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. (K11/JBSM/TAB)

Newer Post Older Post