2012, Tahun Kelam DPRD Jateng

SEMARANG- Tahun 2012 merupakan tahun kelam DPRD Jateng. Betapa tidak. Selama tahun itu diwarnai tersangkutnya dua pimpinan lembaga tersebut terjerat kasus hukum. Ketua DPRD Jawa Tengah Murdoko dan Wakil Ketua Riza Kurniawan terjerat  perkara dugaan korupsi. Murdoko tersangkut korupsi pengelolaan dana kas Kabupaten Kendal 2003 senilai Rp 4,75 miliar. Politikus PDI Perjuangan tersebut di sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.

Murdoko bersama-sama Bupati Kendal periode 2000-2005 Hendy Boedoro, dan mantan Kepala Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kendal Warsa Susilo, didakwa melakukan perbuatan melawan hukum yang menguntungkan diri sendiri.

Dalam putusan sidang tersebut, Ketua DPRD Jateng nonaktif Murdoko dijatuhi hukuman 2,5 tahun.. Adapun Riza Kurniawan diduga melakukan tindak pidana korupsi terhadap dana bantuan sosial APBD Jawa Tengah tahun 2008. Korupsi dana bantuan sosial keagaaman  13 titik di Kabupaten Magelang tersebut mencapai Rp 1,3 miliar.

Belum selesai dengan satu kasus dugaan korupsi, pada penghujung akhir tahun 2012 politikus Partai Amanat Nasional Tersebut juga di sidang dalam kasus dugaan korupsi lainnya. 

Pimpinan DPRD yang telah dinonaktifkan tersebut disidang dalam kasus dugaan korupsi dana hibah Komite Olahraga Nasional Indonesia daerah Jateng 2011 di Pengadilan Tipikor Semarang. Keduanya kini telah digantikan posisinya oleh legislator dari masing-masing partai.

Murdoko digantikan oleh Rukma Setiabudi sebagai Pelaksana Tugas Ketua DPRD Jawa Tengah, sedangkan Riza digantikan oleh Jayus sebagai Plt Wakil Ketua DPRD.

Wakil Ketua Badan Kehormatan DPRD Jawa Tengah Wahyudin Noor Aly menilai 2012 sebagai tahun "pahit" bagi lembaga ini. Ia mengaku prihatin dengan dua kasus hukum yang harus dihadapi kedua legislator tersebut, terlebih mereka merupakan pimpinan lembaga.

Menurut dia, kondisi ini harus menjadi pelajaran bagi seluruh wakil rakyat yang ada di DPRD Jawa Tengah. Ia meminta para wakil rakyat ini tidak lagi hanya berpikir untuk individu atau golongannya sendiri. "Setelah masuk ke DPRD Jawa Tengah, semua harus berpikir kelembagaan, bukan lagi kepartaian," kata politikus Partai Amanat Nasional ini.

Ia menyadari lembaga wakil rakyat ini sedang mendapat sorotan dari masyarakat. Menurut dia, para anggota DPRD Jawa Tengah harus menyadari hal tersebut karena mereka membawa nama baik lembaga.  Meski demikian, ia optimistis kinerja baik lembaga ini akan semakin meningkat di waktu yang akan datang. "Perlahan kita akan perbaiki bersama lembaga ini menjadi lebih baik," katanya.

Pendapat senada disampaikan analis politik Universitas Diponegoro Semarang M.Yulianto. Menurut dia, 2012 merupakan tahun kelam bagi DPRD Jawa Tengah. Ia menuturkan salah satu penyebab utama terjadinya kondisi tersebut yakni pola rekrutmen partai politik terhadap calon legislator yang tidak tepat.
Rekrutmen politikus, kata dia, harus diperbaiki dengan menyiapkan calon yang berkualitas secara moral.

"Beri kesempatan orang-orang yang benar-benar memiliki kemampuan dan berkualitas," tambahnya. Menurut dia, hal tersebut merupakan salah satu upaya partai untuk memperbaiki citra politikus di mata masyarakat yang terus merosot.

Ia menuturkan partai jangan hanya mendahulukan kader yang tentunya memiliki kekuatan finansial, pengaruh, dan politik. Komposisi calon legislator yang dapat diusung dalam Pemilu 2014, lanjut dia, bisa 70 persen merupakan kader internasl dan 30 persen dari luar partai.

Newer Post Older Post